Posts

Showing posts from 2007

Wawancara Kerja

BUKU PANDUAN MENDAPATKAN PEKERJAAN Bismillahirrohmaanirrohiim, Di tengah ’booming’ wacana enterpreneurship (semangat kewirausahaan) namun mayoritas mahasiswa (i) masih mendambakan ‘indah’nya bekerja untuk orang lain. Motivasi ini tentunya dapat datang dari mahasiswa itu sendiri ataupun dari luar entah dorongan dari keluarga, kerabat, teman ataupun masyarakat sendiri yang lebih ‘menghargai’ kedudukan dan jabatan dalam sebuah institusi dibandingkan penghargaan kepada para pengusaha atau enterpreneur. Sebagai pembina mata kuliah kewirausahaan, tentunya kondisi ini sangat menyedihkan. Namun demikian, lingkungan pendidikan pula yang mendukung kepada kondisi seperti ini. Tengoklah dalam sistem akreditasi yang dilakukan BAN-PT. Unsur penyerapan alumni di dunia kerja masih merupakan pertimbangan utama. Namun tidak untuk alumni yang telah menyediakan pasar kerja. Bekerja untuk orang lain (employee) atau bekerja untuk diri sendiri (self employee) ataupun wirausaha (enterpreneur) adalah pilihan.

Tips Masuk Neraka, Budaya Instant

Jangan dulu heboh dengan judul di atas! tulisan ini tidak ada kaitannya dengan tips, kiat atau trik untuk memudahkan anda masuk neraka. Saya hanya terkesima dengan angka yang ditunjukkan mesin pencari (searching engine) google, ketika menuliskan kata kunci 'tips' ternyata terdapat 673.000.000 hasil atau tulisan yang dapat dilacak oleh google. Angka ini jauh melampaui key word 'sex' yang menunjukkan angka 460.000.000 hasil dan 'seks' sebesar 31.400.000 hasil pelacakan. Angka-angka ini saya dapatkan per tanggal 22 Agustus 2005 jam 09.20 wib. Sebelumnya saya menyangka bahwa kedua key word (sex dan seks) adalah yang terbanyak. Namun pada saat banyak mahasiswa saya yang bertanya tentang kiat-kiat praktis supaya dapat diterima pekerjaan, baik yang berhubungan dengan penulisan surat lamaran ataupun lolos dari wawancara, tergerak juga untuk segera mencarinya di mesin google. Dan di saat mengetikkan kata 'tips' tadi iseng-iseng saya melihat hasil penelusurannya

Spiritual Seks

Pernah saya mendapatkan nasehat," hidup manusia tidak bisa lepas dari kontrol empat daerah dalam tubuh kita". Mulai dari tubuh bagian atas teman bicara saya tersebut mulai menguraikan tanpa saya minta. Kontrol pertama ada pada daerah paling atas, kepala. Dalam kepala kita ada daerah yang dapat mengontrol kita yaitu apa yang dinamakan otak. Otak sebagai tempat berfikir (logis). Walaupun setelah itu aya mengetahui bahwa otak ternyata dibagi 2 bagian, otak kiri dan otak kanan. Tempat berfikir logis adalah area otak sebelah kiri dan sebelahnya lagi justru lebih ke arah emosional, rasa dan sifatnya jauh dari rasional. Ketertarikan akan seni, keindahan, adalah kontribusi dari otak kanan ini. Orang yang dikontrol dengan kepala, lanjutnya, senantiasa berfikir hitam putih, tegas, punya prinsip dan katanya cenderung egosentris, kurang tepo seliro. Apa yang dikerjakan adalah apa yang menurut dia make sennse . Ketika sesuatu dianggap tidak logis maka dia akan mencoba untuk menghindar. Hi

satu tahap yang laen

Dibilang senang, ya aku harus akui bahwa ada kegembiraan ketika hari itu tiba. Kenapa tidak, tidak semua orang mempunyai kesempatan yang sama untuk itu. Apalagi ada embel-embel setengah gratis. Kegembiraan itupun bertambah ketika semua orang, termasuk keluarga yang mengetahui event tersebut ikut merasakan kegembiraan. Walau dengan kata singkat, "selamat, ya!". Hampir empat belas bulan aku tidak merasakan hari libur untuk sabtu dan minggu. Ok-lah untuk hari sabtu, aku bisa tolerir karena hari libur itu biasa aku isi dengan mengajar di sebuah universitas 'lokal' di daerahku. Tapi untuk hari minggu, ini yang membuatku untuk merayakan 'event' tersebut, "bebas, euy!". Bagaimana tidak berapa syukuran pernikahan keluarga dan sejawat yang aku lewatkan, berapa event olahraga penting yang aku tinggalkan demikian pula berapa hobby 'jelekku' yang aku tunda. Dan yang paling penting di hari Minggu waktu bercengkrama dengan keluarga jadi terganggu. "pe

Ga nembus Kang Wimar...

Gara-gara mau ngomentarin tulisan yang ada di prespektif on line ya udah saya putuskan nulis di blog sendiri. Tulisan pertama yang saya mau komentarin adalah mengenai malu,salah satu cuplikan tulisannya adalah,"... Orang yang punya nilai etika rendah tidak bisa merasakan malu." terus, "...Orang yang berperasaan halus, berbudaya tinggi, gampang malu." Dengan kata lain kita bisa menangkap kriteria orang yang masih mempunyai rasa malu atau tidak. Sebagai manusia biasa yang terlanjur dikenal sebagai manusia yang diluar biasanya manusia, dengan berbagai kelebihannya, Kang Wimar menyajikan beberapa contoh (peristiwa)mengenai orang yang punya malu dan kurang (tidak), tentunya sambil menunjuk tokoh-tokoh kita. Sampai di sini saya berfikir bahwa malu selalu ditautkan dengan suatu tindakan atau malu adalah respon dari suatu tindakan. Kalau benar, dengan kriteria di atas saya jadi fikir-fikir lagi. Kalau begitu malu sebagai suatu rasa ya... relatif. Ibarat 'pedas' ada

Family Business: Tantangan dan Harapan

Kamus Wikipedia memberikan pengertian family business (bisnis keluarga) sebagai sebuah perusahaan yang dimiliki (owned), dikontrol (controlled) dan dioperasikan (operated) oleh satu atau beberapa anggota keluarga. Di Indonesia perusahaan-perusahaan besar (konglomerasi) sebagian besar berasal dari perusahaan keluarga. Sebut saja Kelompok Usaha Bakrie, Grup Kalla, Nyonya Meneer, Sidomuncul, Sampoerna, Sinar Mas, Gudang garam, Grup Ciputra, Grup Lippo, Grup Djajanti, dan lain-lain. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh R. Beckhard dan W. Gibb Dyer menjelaskan bahwa di Amerika 90 % perusahaan dengan kategori cukup besar merupakan perusahaan keluarga atau perusahaan yang dikuasai oleh kelompok keluarga. Sementara itu menurut Naisbitt dan Aburdene, dari seluruh perusahaan keluarga, hanya 30 % dapat langgeng sampai generasi kedua. Rata-rata perusahaan keluarga hanya bertahan sebatas usia perintisnya. Sementara itu majalah Family Business telah melakukan survai dan mendapatkan data 250 peru

YAKINLAH, DI SETIAP KESUKARAN SELALU ADA JALAN

The Power tend to corrupt but… Powerless Tend to Corrupt too (Amin Rais) Menjalani hidup sebagai rakyat jelata di negeri ini lebih seperti sebuah perjuangan hidup dan mati. Tak ada jaminan yang bisa dijadikan pegangan bahwa apa yang akan diperoleh esok hari adalah sesuatu yang lebih baik. Bahkan tak ada jaminan bahwa esok hari akan benar-benar ada. Sulitnya mendapatkan pekerjaan yang layak, dan tingginya angka inflasi menambah beratnya nafas yang harus dihela setiap hari. Hirarki kebutuhan hidup tidak pernah bergeser dari garis terbawah, basic needs: sandang, pangan, papan, biologis. Keamanan, kenyamanan, bahkan harga diri, kadang diabaikan demi memenuhi basic needs. Jadi jangan bicara tentang aktualisasi diri. Tak perlu ada aktualisasi diri jika perut masih keroncongan. Pada kondisi ini rakyat lapar tidak bisa lagi diberi ruang berfikir, nasehat bahan kesabaran. Pada titik ini pula nilai-nilai anarkis begitu dekat. Apalagi kalau di kehidupan sekitar terlihat begitu jomplang, penuh den

Fa'aina Tadzhabun? (Bagian I)

Image
Sumber: Google Fa’aina tadzhabun?, hendak kemana kita pergi?, begitulah kira-kira terjemah bebas dari frase bahasa Arab yang saya temukan dan kutip dari gerbang sebuah mesjid, tempat persinggahan para pengguna jalan raya, tepatnya di Nagreg. Frase tadi cukup singkat namun akan menjadi renungan yang panjang bagi kita semua yang sama-sama sedang menempuh perjalanan besar di dunia ini. Kemana kita akan melangkah? Mau jadi apa kita kelak? Pekerjaan seperti apa yang kita akan tuju? Pertanyaan-pertanyaan ini, menurut saya senilai dengan ungkapan bahasa arab: Fa’aina tadzhabun? Setelah tamat kuliah, Nah…mau apa kita? Al-Qur’an telah mengingatkan kepada kita untuk memperhatikan dan mempersiapkan hari esok (Q.S Al-Hasyr-18). Bagi kita yang sedang menempuh pendidikan Farmasi, tentunya akan terbayang sebuah aktivitas kelak yang sangat relevan dengan apa yang sedang kita pelajari sekarang. Mungkin kita telah mempersiapkan studi lanjutan Apoteker atau mungkin S-2-nya Farmasi. Sebagian dari

Fa'aina Tazhabun? (Bagian 2)

Image
image ini mungkin punya hak cipta Gantungkan cita-citamu sejauh bintang di langit? Begitu proklamator kita menanamkan spirit akan nilai sebuah cita-cita. Apakah itu cita-cita? Cita sungguhan atau cita-cita-an. Aku ingin jadi peragawati! Aku ingin jadi pilot! Aku ingin jadi presiden! Kira-kira itulah cita-cita. Dan realitanya (diwakili/ditunjukkan) oleh sebuah iklan televise itulah gambaran cita-cita (bagi anak-anak, karena model iklannya bukan kita-kita). Peragawati adalah representasi dari dunia gemerlap bagi kaum hawa dengan segala keindahan liuk tubuhnya berusaha memasarkan suatu produk, dan juga mungkin dirinya… Pilot, simbol kegagahan bagi kaum adam dengan pakaian necisnya, siap mengudara menantang angkasa sana. Presiden, entah kenapa walaupun dari hampir 200 juta penduduk Indonesia ini, rata-rata tiap 5 tahun hanya satu presiden, tetapi anak-anak yang berhasrat ingin jadi presiden adalah tidak sedikit. Simbol apakah gerangan? Entah apa kata-kata yang terlontar sekiranya pro
Sweet Seventen Happy birthday to you!!! Bagi yang pernah melalui usia 17 tahun, mungkin ucapan selamat (greeting) itu begitu impresif, meninggalkan kesan yang serba wuah, sweet seventeen, begitulah orang menamai masa ketika memasuki gerbang 17. Usia 17 biasa diartikan sebagai usia titik awal dewasa dini, yaitu peralihan dari usia remaja menuju dewasa. Walaupun sekarang, Barat telah menambah satu tahun lagi, tepatnya usia 18 tahun, masa yang menandakan kemandirian dan kedewasaan. Dulu film dewasa diberikan warning dengan embel-embel 17 taun ke atas, sekarang rekomendasi film ini hanya diberikan kepada usia minimal 18 tahun. Lagi-lagi di Barat, usia 18 tahun, menandakan kemandirian tersendiri seperti, bebas nge-date, masuk ke diskotik, dan tempat hiburan lainnya. Apakah benar usia 17 atau 18 tahun telah mencapai awal kedewasaan? Yang jelas umur kita kan bertambah sejalan perpindahan detik menuju menit, menit berjalan ke jam menunju hitungan hari, minggu, bulan dan akhirnya tahun. Satu

Picasa Web Albums - ihsan

Picasa Web Albums - ihsan

Picasa Web Albums - ihsan - termenung

Picasa Web Albums - ihsan - termenung

Picasa Web Albums - ihsan - personal

Picasa Web Albums - ihsan - personal

Jangan Buang Sampah Sembarangan

Definisi gampang tentang sampah adalah barang yang sudah tidak bernilai guna lagi. Untuk itu ada recycle , supaya ada nilai guna di dalamnya. Sampah juga identik dengan barang lama, jarang sekali barang yang baru kita beli sontak jadi sampah, kecuali ada  something wrong,  baik dalam proses atau tujuan pembeliannya. Adagium lama, Jangan membuang sampah sembarangan! kayanya masih berlaku. Mengapa tidak, setiap hari kita disuguhi dengan  serakan  sampah. Entah itu ketika membaca koran harian, mendengar janji palsun pemerintah, kilah dan ulah para legislator, petak umpet di penegak hukum, marah-makinya si Bos terhadap budak yang dibelinya,  nggrutu nya bawahan terhadap atasan, provokatifnya media atas satu isu, gosip murahan di TV, lesunya para penumpang KRL dan kopaja, dan bla..bla... lainnya. Semua itu bukanlah barang baru dan jauh dari suatu  value  di dalamnya. Siapa lagi yang menyenangi lagu-lagu para eksekutif, legislator dan yudikatif? basi semua. Siapa lagi yang menaru

akulah si penguasa dunia

Akulah si penguasa dunia, dunia ada dalam genggamanku. Order adalah kerja utamaku. Tunduk sudah semuanya… Jiwa manusia telah kuhitung dengan lembaran… Dan terdokumentasikan dalam account-ku… Akulah sang creator… Perang dapat kucipta. Kesenangan dapat segera terhidang… Kesedihan dan kegembiraan adalah program kreasiku… Orang kaya di dunia ini, hanyalah operatorku… Berhulu dari orderku dan berujung kepada accountku… Tapi aku bekerja sangat invisible. Biar mereka merasakan sanjungan semu (Jakarta, 3 Jan 2006)