Posts

Showing posts from 2009

Bangga Jadi generalist

Resi Manajemen Indonesia, Gde Prama, pernah menulis dalam sebuah artikelnya, bahwa semakin tinggi ilmu seseorang maka label idiot telah melekat padanya. Gde Prama menuliskan hal itu terkait denga tema tulisan mengenai pengotak-ngotakan ilmu. Bagaimana tidak, satu contoh di bidang kedokteran, saat ini telah bercabang menjadi banyak kotak keilmuan. Mulai dari kedokteran itu sendiri, farmasi, keperawatan, gizi, radiologi, dan masih banyak bingkai lainnya. Tidak berhenti di sini, bidang kedokteran, selain terjadi pengelompokan antara kedokteran umum dan spesialisasi, di spesialisasi ini terus mengerucut sampai ke ranah atomis. Sebut saja, dulu, untuk para dokter yang rajin “ngoprek” bagian dalam tubuh manusia cukup ngambil spesialisasi internist saja. Namun sekarang, terspsesilisasi lagi menjadi dokter yang ahli di saluran pencernaan, paru-paru, jantung, limfa dan ginjal termasuk ginekologi. Nah, berlanjut terus, dari spesiliasai jantung, saat ini sudah terjadi pengkhususan kajian. Ada yan

Anak Muda Diimbau Jangan Tiru Sarah & Rahma Azhari

"The Truth is in the opposite" Itu yang disampaikan Bang Zaim Saidi, intelectual muda yang giat mengusung isu sistem perekonomian islam melalui kampanye transaksi dinar. Walaupun konteks frase di atas merujuk kepada bahwa apa yang datang/keluar dari Barat, para kaum Kapitalis (dlm arti peyoratif), pada kenyataannya adalah berlawanan/bersebrangan dengan apa yang diserukan atau diomongkan. Misal, masih kata Bang Zaim, mereka ngomong demokrasi dan HAM namun pada praktekna adalah pemberangusan pendapat dan pemaksaaan kehendak tanpa mengindahkan nilai-niali HAM itu sendiri. Nah, dalam kontek judul "note" ini justru menular ke negeri ini. Sebelum masuk ke catatan mengenai Mba Sarah dan Mba Rahma (sorry, sama sekali bukan sepupu saya), idiom "The Truth is in opposite" justru sebelumnya digunakan oleh PAMARENTAH (tukang merintah) bukan Governance (pengayom, pelayan dan pengelola) sejak ORBA sampai sekarang. Kalau pemerintah bilang Kondisi ekonomi makro stabil, mak

Jangan Pernah Menyepelekan

Oleh: Setiadi Ihsan Kejadiannya sudah cukup lama sekitar 6 tahun lalu. Tapi, Insyaa Allah nilai dari cerita ini masih berlaku untuk saat ini dan ke depan. Walaupun lingkungan pesantren bukan hal yang asing, namun untuk menyengaja silaturahmi ke Pesantren, khususnya Pimpinan Pondok Pesantren memang baru pertama kali. Saat itu, seorang kawan mengajak saya untuk menemui seorang ulama di salah satu pelosok di daerah Garut. "Urang silaturahmi!" katanya. bagi, kawan saya yang berprofesi dagang ini bersilaturahmi kepada pimpinan pondok pesantrean, telah menjadi kebiasaan. "Itung-itung cari ilmu dengan mendengarkan cerita tentang hikmah dalam menjalani hidup", katanya. Waktu itu, saya masih ingat, baru melepaskan pekerjaan saya sebagai banker di salah satu Bank Swasta. Padahal kondisi tahun 2002, statistik berbicara lain mengenai pengangguran, begitu banyak penggila pekerjaan melempar surat lamaran untuk menyambung hidup. Pada bulan ke-4 setelah diterima di Bank Swasta ter

CSR Sebagian dari Iman?

Oleh Setiadi Ihsan Masih ingat dengan kaidah “iman”? Pengertian iman merupakan pelajaran pertama ketika saya duduk di madrasah dan belajar mengenai ilmu tauhid (ushuluddin/theologi). Definisi ’iman', tasdiqul bil-qolbi, takriru bil lisan wal amalul bil arkan adalah pengertian yang saya dapat sebelum belajar detail mengenai aspek lainnya. Diyakini dalam hati, diucapkan melalui lisan dan dilakukan oleh anggota badan adalah totalitas dari sebuah keimanana (aqidah) sesuai dengan kaidah di atas. Dengan kata lain bukan ber-iman namanya kalau masih terdapat bolong dalam satu dari tiga aspek keimanan tersebut. Orang mengaku beriman kepada Tuhan maka hatinya harus meyakini secara penuh. Tidak cukup itu saja, dalam agama Islam misalnya, diharuskan adanya prosesi pembacaan syahadat, salah satunya adalah pembacaan ikrar bahwa dia mengakui satu-satunya Tuhan yang harus disembah, yaitu Allah. Proses selanjutnya adalah penerapan atas kesaksian atas apa yang telah diucapkan. Ia yang mengaku ber