Attitude, Aptitude dan Altitude
Buat saya, adalah kesulitan
tersendiri dalam memahami perbedaan kata-kata yang mirip dalam pengucapan namun
berbeda, bahkan (biasanya) di antara kata-kata itu mempunyai hubungan. Sebut
saja stalaktit dan stalkmit yang berhubungan dengan batuan
sedimen. Atau fluoresensi dan fosforesensi yang berhubungan pemancaran
radiasi cahaya atau dalam dunia biologi dikenal ada istilah saprofit dan epfit.
sumber gambar: google |
Nah, yang akan saya bahas ini adalah
mengenai 3 kata, yaitu: attitude, aptitude dan altitude. Attitude sering kali diterjemahkan dengan sikap, aptitude
disamkan dengan bakat atau kecerdasan dan altitude adalah ketinggian atau
kesuksesan. Sepertinya mudah, untuk difahami. Namun pengalaman yang saya alami,
sering kali ketika berjumpa lagi, setelah lama tidak menggunakan kata-kata
tersebut, kenyataannya sering lupa membedakan satu dari dua kata yang lainnya. Bisa
jadi kebiasaan menghafal, bukan memahami, adalah penyebabnya.
Sampailah, kepada sebuah kisah
tentang seorang pemuda, tukang nge-cat sebuah kapal dan seorang konlomerat yang
saya temukan dalam buku “pasion for success” memahamkan perbedaan ke-3 nya.
Dalam kisah tersebut diceritakan
tentang seorang pemuda yang terkaget-kaget ketika seorang konglomerat
mendatangi rumahnya memberikan amplop berisikan sejumlah uang. Pemuda itu
menolak pemberian konglomerat tadi yang nota bene pemilik kapal yang telah menyuruh
pemuda tadi untuk mengecat kapal miliknya. Ia menolak pemberian uang tersebut dengan
alasan bahwa upah mengecat kapal sudah cukup baginya. Al-Hasil, sang pemilik kapal
menyampaikan keterangan atas pemeberian “upah tambahan” tersebut.
Disampaikannya bahwa uang yang dia berikan adalah bentuk rasa syukur atas
keselamatan anak-anaknya dan penghargaan atas ketelitian dari sang pemuda, si tukang
cat tadi. Dalam penuturannya, sang konglomerat menyampaikan bahwa dia lupa
memberi tahu sang pemuda, ketika menyuruhnya untuk mengecat kapal, bahwa ada
lobang menganga pada kapalnya. Ketika dia mengetahui bahwa kapal yang baru saja
dicat sang pemuda dipakai anak-anaknya untuk berlayar, sang konglomerat begitu
mencemaskan keselamatan anak—anaknya mengingat adanya lobang di kapal tersebut.
Alangkah senangnya sang konglomerat begitu mendapati anak-anaknya selamat
kembali ke daratan dan begitu dia cek ulang mengenai lobang di perahu ternyata
sudah ditambal dengan rapi, oleh siapa lagi kalau bukan oleh sang pemuda, si
tukang cat tadi.
Dari penggalan cerita tersebut, inilah
apa yang disebut sebagai attitude positif dari sang pemuda. Attitude, lebih
luas maknanya dari sekedar sikap, namun lebih kepada dari cara berfikir (the
way of thinking) yaitu kumpulan dari self concept (konsep diri) dan self esteem
(penghargaan terhadap diri sendiri). Dari pemuda tadi kita dapat menarik
kesimpulan mengenai nilai kecermatan, pro aktif, dan telah mengaplikasikan prinsip
memberikan terbaik bagi pelanggan (exceed
customer hope) sehingga secara tidak langsung telah menyelamtakan anak-anak
sang konglomerat dari bahaya karamnya kapal. Sikap ini tidak akan muncul kalau
tidak didahului dengan cara pandang terhadap diri sendiri yang positif.
Sebaliknya, kalau dia bersikap hanya mengerjakan apa yang diperintahkan, maka
hasilnya akan berbeda. Demikian juga, tidak akan terjadi attitude positif kalau
si pemuda tersebut tidak mempunyai self esteem yang tinggi, sebagai ekspresi
dari tingkat penghargaan terhadap diri sendiri yang tinggi, sehingga dampaknya
terhadap orang lain pun memberikan apresiasi yang tinggi pula. Inilah yang
disebut dengan attitude, yaitu bagaimana kita menyajikan diri di hadapan orang
lain (presentation of yourself).
Sementara itu, aptitude atau bakat
atau kecerdasan adalah pengetahuan terhadap diri sendiri (knowledge of yourself),
yaitu tentang kemampuan yang dimiliki sendiri entah itu berupa keahlian ataupun
kecerdasan. Dalam cerita di atas, keahlian sang pemuda adalah mengecat kapal.
Tidak semua orang mempunyai keahlian tersebut. Namun, tidak semua tukang cat
kapal mempunyai attitude seperti pemuda dalam kisah di atas.
Dan bagaimana dengan altitude atau
ketinggian atau kesuksesan dalam kaitannya dengan attitude dan aptitude?
Altitude dapat dikatakan sebagai
produk akhir dari attitude dan/atau aptitude. Artinya, bagiamana implementasi
dari attitude dan/atau aptitude, itulah hasil yang akan kita peroleh, yaitu
altitude, kesuksesan kita.
Ketika attitude positif berkombinasi
dengan aptitude yang hebat atau unik, maka altitude kita semakin tinggi. Bahkan
kata-kata bijak memberikan penekanan akan pentingnya attitude dibandingkan
dengan aptitude.
“your attitude not your aptitude will
determine your altitude”
Karena ini pula maka seorang Winston Churchill
memberikan pemhaman kepada kita: “Attitude
Is a Little Thing That Makes a Big Difference.”
Semoga dengan tulisan ini, bagi saya
khususnya, bisa memahami perbedaan ketiga istilah di atas, lebih jauh dari itu
dapat menerapkannya dalam keseharian kita.
Jakarta, 1 Oktober 2019
Setiadi Ihsan