Al Fatihah dan AlFath: Membuka Kemenangan

Alhamdulillah sebagaimana saya 'azamkan untuk membuat tulisan hubungan antara surat Al-Fatihah dan Surat Al Fath dalam tulisan sebelumnya, akhirnya selesai juga.
Al-Fatihah, sebagaimana sudah dibahas dalam tulisan pertama mengenai Surat Al-Fatihah, berasal dari kata "Fa ta ha" yang juga merupakan akar kata dari surat Al-Fath. Al-fatihah diterjemahkan sebagai pembukaan dan Al-Fath sebagai Kemenangan.
Nah, dalam tulisan ini saya akan melihat hubungan surat pembuka (Al-Fatihah) dengan Surat Kemenangan (Al-Fath).

Nama lain yang mashur bagi Al-Fatihah adalah ummul kitab, berisikan pokok-pokok dari isi/pesan Al-Qur'an, dan saya melihat adanya gambaran jelas mengenai kandungan Al-Fatihah dalam surat AlFath. Tidak saja kesamaan akar kata Al-Fatihah dan Al-Fath, namun keterhubungan antara permulaan sebuah perjuangan dengan hasil akhir, antara motivasi dan visi, komitmen/usaha manusia dan janji/sunnah Allah.

AlFath, yang berisikan mengenai kemenangan dengan terbukanya kota makkah (Fathul Makkah) adalah membuktikan sunnatullah, hukum Allah, khususnya Hukum Mukaffat, bahwa hasil tidak mengkhianati proses termasuk niat dan keyakinan. Menurut sebuah riwayat, hampir sepuluh ribu kaum mu'minin berbondong-bondong memasuki Kota Makkah yang sebelumnya bisa dikatakan hal yang mustahil. Namun karena usaha yang gigih penuh keyakinan dari kaum mukminin, akhirnya berbuah manis dalam bentuk kemenangan.

Ketika dalam surat Al-Fatihah dideklarasikan sistem rububiyah dan rahma Allah, maka dalam surat Al-Fatihah dibuktikan bagaimana penaklukan, kemenangan dan terbukanya kota Makkah untuk kaum mu'minin ini tidak lepas dari Hukum-Nya.
Semua ini tidak terjadi secara kebetulan atau tiba-tiba, tetapi menurut hukum ilahi. Ini telah berlaku selamanya; dan Hukum Allah bersifat permanen dan tidak dapat diubah. (48:23), ini bersesuaian ketika dalam surat Al-Fatihah menjelaskan konsep "Hamd", Allah yang melakukan perawatan dan pengaturan dalam alam ini, dengan atribut Rahman dan RahiimNya, dan kelak semua akan dipertanggungjawabkan dihadapanNya. (1:2-4).

Kemenangan, yang berawal dari mimpi/visi yang dibangun Nabiyullah Muhammad (48:27) untuk memasuki kota Mekah tanpa gangguan dari orang-orang Kafir. Keinginan dan mimpi Rasulullah ini relevan dengan Janji Allah bahwa Allah akan memastikan bahwa impian Nabiyullah Muhamamd menjadi kenyataan, yaitu: memasuki Ka'bah dengan damai dan aman tanpa pertumpahan darah dan melakukan ritual haji, seperti mencukur kepala atau memotong rambut, tanpa rasa takut.

Visi yang dibangun adalah memenangkan agama/dinul Islam dari sistem kehidupan lainnya (48:28). Visi ini dibangun atas keyakinan/Akidah awal kepada Allah sebagai Ilah, Rabb dan Maalik, kemudian dinyatakan dengan komitmen bahwa pengabdian semua ditujukan dan dihadirkan untukNya termasuk keyakinan hadirnya pertolongan hanya dan hanya datang dari Allah (1:5-6), dan pada akhirnya berjalan, bekerja dan berjuang dalam satu jalan lurus ini dibuktikan dalam surat Al-Fath dengan proses bagaimana kaum muminin memperjuangkan kemenangan mereka.

Keyakinan mereka diwujudkan dalam komitmen yang kuta. Jama'ah-ul-Momineen menjanjikan kesetiaan mereka di bawah pohon (48:10), tindakan mereka sesuai dengan hukum Ilahi. Mereka melakukan persis apa yang harus dilakukan dalam keadaan seperti itu. Apalagi aksi mereka bukan hanya formalitas. Itu dilakukan dengan persetujuan penuh dan tulus dan sepenuhnya diketahui Allah. Itu karena sikap ini bahwa meskipun dalam keadaan berbahaya mereka penuh percaya diri. Itulah sebabnya Tuhan membuka jalan menuju kemenangan yang segera.

Allah yang Rahman dan Rahim (1:1), dibalik segala Keperkasaan/Kehebatan/Kekuasaan Allah (Ar-rahmaan. liat tulisan saya mengenai Ar-rahmaan), dan kasih sayang Allah (Ar-rahiim), ini juga yang telah menjadi kunci pribadi sukses kaum Mu'minin pada saat itu. Keteguhan akan prinsip bahwa pengabdian hanya ditujukan kepadaNya dan begitu pula pertolongan akan datang hanya dari Allah, maka pribadi kaum mu'minin adalah pribadi yang kuat dan keras berhadapan dengan kaum perintang/penantang/lawan namun mereka menunjukkan sikap cinta-kasihnya kepada sesama (48:29). 

Ditunjukkan pula dalam surat Al-Fath bagaimana rintangan datang dari musuh, kaum munafikin dan kafirin. Mereka yang berkecil hati, yang tidak yakin bahwa kaum muminin akan mencapai sebuah kejayaan bahkan menolak mereka, dengan satu sikap yang gigih dan cerdas kaum mu'minin dapat membalikkan serangan mental dan fisik dari mereka dengan sebuah kemenangan. Kaum mu'minin menyatakan tekad bulat/komitmen dalam sebuah bai'at (janji setia).       
Hukum mukaffat ditunjukkan ketika siapa saja yang dengan benar dari aspek motivasi, komitmen dan cara/jalan/metode serta visi, maka Allah akan menghadirkan janji-Nya, dalam bentuk pertolongan dan kemenangan. (lihat, QS 110:1) 

Kehebatan kaum muminin, kala itu, dalam memeperjuangkan dan menjaga tatanan Ilahi (baik aspek tauhid: Ilahiyah, Rububiyah dan Mulkiyah, Sistem Pengabdian dan Akhlak) diibaratkan Allah sdengan sebuah perumpamaan. Ketika benih yang sehat berkecambah, tunas pertamanya sangat lembut dan halus. Saat akarnya menjadi lebih kuat, batangnya secara bertahap menjadi cukup kuat untuk bisa berdiri sendiri. Ini kemudian menghasilkan tangkai yang pada gilirannya matang menjadi biji-bijian. Proses ini sangat menyenangkan petani, karena ia melihat buah dari kerja kerasnya; tetapi hal yang sama menjadi penderitaan yang menyiksa bagi lawan-lawannya. (48:29)

Atas kemenangan yang telah Allah Janjikan dan Kaum Muminin usahakan, Allah pun melimpahkan karunia-Nya, bukan saja dalam hal materi/pampasan perang (48-19-20), tetapi juiga immaterial berupa pengampunan atas dosa dan penyempurnaan nikmat (48:2). Bahkan Allah menjanjikan kemenangan-kemenangan lainnya supaya kaum mu'minin dapat memimpin ummat dalam koridor jalan "siraathal mustaqim". (48: 2, 20-21).
Allah tegaskan dalam 48:22, orang-orang kafir, yang menolak atas jalan dan hukum Ilahi ini ketika mereka memerangi kaum muslimin, mereka akan lari tunggang langgang.

Allah menegaskan ulang sistem rubbubiyahnya dalam (48:14), dengan penegasan bahwa siapa saja yang bertaubat/kembali kepada jalan yang lurus, maka pengampunan Allah begitu luas bagi mereka.

Fathul Makah, terjadi tanpa perdumpahan darah. Fathul Makkah adalah jawaban do'a kaum muslimin yang mereka senandungkan seperti dalam Suat Al-Fatihah (Al-Fatihah, sering juga dinamakan sebagai Ad-du'au), memohon bimbingan dalam melaksanakan jalur kebenaran (Shiraathal mustaqiim) (1:7), bersikap keras bagi siapa yang meringainya dan berkasih-sayang terhadapa sesama, hingga akhirnya berbuah kemanangan sebagaimana Allah telah melimpahkan nikmat kemenangan bagi orang-orang sebelumnya yang berjalan di rel kebanaran, dan sebaliknya memberikan kekalahan, kehancuaran, rasa malu yang besar bagi kaum yang dibenci-Nya, dalam al-Fath dijelaskan sebagai kamu muanafik dan kafir.

Sementara itu Al-Fatihah yang berisikan pokok-pokok fikiran Aqidah (keyakinan), Ibadah (Pengabdian), dan Akhlak (kepribadian), maka dengan keyakinan, komitmen dan proses yang tertata di jalur "Shiraathal Mustaqim", serta pribadi yang agung, inilah kunci kemenangan dalam penaklukan sekaligus pembukaan kota Mekah dengan damai tanpa pertumpahan darah. 

Dengan demikian, kandungan surat Al-Fatihah adalah landasan bagi siapa saja yang ingin beroleh kesuksesan dan kemenangan (Al-Fath).

Popular posts from this blog

Risalah Kebohongan: BAB II — KECELAKAAN BESAR BAGI PARA PEMBOHONG

Attitude, Aptitude dan Altitude