Posts

Showing posts from January, 2008

REHAT 1

"Stop competing, do your best and be superior" Berhentilah berkompetisi, lakukan yang terbaik dari diri Anda dan jadilah yang paling unggul. Kutipan tersebut diadaptasi dari buku "Unleash Your Other 90%" dari Robert K.Cooper. Mengapa kita perlu menghindari persaingan? Karena dalam persaingan seseorang akan terfokus pada track yang terbatas dan tidak melihat keluar dari kotak. Bila kita coba telaah, tokoh-tokoh besar dan penemu legendaris tidak pernah bersaing dengan siapapun, mereka secara naluriah muncul sebagai seorang yang unggul di bidang mereka sendiri, dengan cara mereka sendiri. Mengapa berkompetisi dan bersaing juga mulai tidak direkomendasikan oleh banyak pihak? Mari kita ambil contoh kompetisi atau lomba tertentu, misalkan lomba diikuti oleh 500 peserta, maka biasanya akan ada 497 peserta yang kecewa, dan hal ini bukanlah hal yang positif dalam proses meraih kesuksesan. Walaupun demikian, saya pribadi tetap merekomendasikan seseorang untuk coba berpa

BERANI GAGAL

Image
Refleksi atas kesalahan dan kegagalan kita di tahun 2002… [1] “Setiap orang harus pernah gagal sekali, paling tidak sebelum menginjak usia 40 tahun… Semakin parah kegagalan Anda, semakin besar peluang untuk meraih sukses di kemudian hari… Sebagian orang tua khawatir anaknya akan gagal. Saya cemas justru karena anak saya sudah berumur lebih dari 30 tahun, tetapi belum pernah gagal.” Ungkapan di atas meluncur dari seorang tokoh Al Neuharth, pendiri USA Today yang kami kutip dari buku yang ditulis Billi P.S. Lim, Dare to Fail. Kecemasan seorang Al Neuharth menghadapi anaknya sejalan dengan kegembiraan Achmad Bakrie, Almarhum, pendiri cikal bakal kelompok usaha Bakrie. Dalam sebuah wawancara dengan Majalah Eksekutif, 22 tahun silam, tepatnya tahun 1981, Ir. Aburizal Bakrie, Chairman Bakrie & Brothers, menyatakan bahwa ayahnya, Achmad Bakrie, pernah tertawa gembira ketika mendapatkan kabar mengenai kebangkrutan dalam usahanya. Dalam liputan wawancara di atas, dikisahkan setelah

Ingin Kaya? Hindari Sekolah!

Oleh: SetiadiIhsan If You want to be rich don’t go to school , adalah dapat dikatakan statement pembuka jalan yang mengantarkan kesuksesan buku-buku yang ditulis oleh Robert T. Kiyosaki. Tanggapan terhadap kritikan atas pernyataan di atas dibeberkan secara tuntas oleh Kiyosaki dalam bukunya, sebut saja Rich Dad’s Rich Dad Poor Dad, Rich Dad’s Cash Flow Quadrant, Rich Dad’s Guide to Investing dan Rich Dad’s Business School. Jika anda ingin jadi milyarder, mempunyai kebebasan waktu dan finansial, kenapa anda memasuki dunia pendidikan? Tidak harus ditafsirkan secara harfiah. Pernyataan di atas adalah sebuah kritik atas sistem pendidikan (tradisional) yang banyak melalaikan hal-hal yang sifatnya real dan dibutuhkan dalam kehidupan. Kiyosaki menyebutnya sebagai aspek yang dapat mengubah hidup, katakanlah konsep kebebasan waktu dan kebebasan (secara) finansial. Secara tegas, Kiyosaki mengkritik pendidikan tradisional dalam kaitanya dengan cara mempengaruhi aspek emosional, fisik dan spi

Climate Change dan Global Warming

Konferensi Para Pihak UNFCCC di Bali, 3-14 Desember 2007 yang lalu, menjadi harapan bagi penduduk bumi untuk secara bersama-sama merumuskan strategi menghadapi perubahan iklim yang dampaknya sudah dirasakan oleh penduduk bumi. Lagi-lagi secara signifikan dampak ini dirasakan oleh semua sektor yang didominasi oleh penduduk miskin seperti petani ataupun nelayan. Hasilnyapun telah kita simak bersama, ketidakpuasan, khusunya mengenai target pengurangan emisi, muncul dari berbagai pihak yang lagi-lagi hal ini mengkonfirmasi kentalnya politik dalam isu ini. Dua negara penyumbang emisi karbon terbesar di dunia, Amerika dan Cina tidak berpartispasi dalam penandantanganan hasil konfrensi ini. Terus terang, kesadaran akan adanya perubahan iklim baru tersadarkan baru-baru ini, tepatnya ketika kawan-kawan di Ikatan Alumni (IA) ITB Chapter Jakarta menyelenggarkan seminar pada bulan November tahun lalu, bertajuk: Strategi Adaptasi Perubahan Iklim, Mengurangi Potensi Konflik dan Bencana di Indonesia.

Kesadaran dalam Latah?

“…Dengan mengambil tiga contoh kejadian di atas, ada beberapa catatan yang dapat dijadikan kesimpulan. Pertama, bangsa Indonesia adalah bangsa yang latah, akan tergerak jika sudah mendekati bahkan menghadapi permasalahan yang timbul..” Potongan paragraf di atas, adalah saya ambil dari tulisan M. Chasby Sidqi dari situs http://ppsdms.org/ . Kesimpulannya diambil setelah dia menguraikan tiga fakta mengenai tak kunjung selesainya masalah banjir, berulangnya hiruk pikuk dan permasalahan dalam pesta demokrasi dan kebuntuan dalam mencari solusi ujian nasional bagi sistem pendidikan nasional. Secara tersirat M. Chasby Sidqi mendefinisikan latah sebagai orang yang menyenangi dengan hal bersifat gonjang-ganjing. “Setiap timbul satu peristiwa atau masalah akan menjadi pembicaraan hangat di masyarakat. Tidak jarang dalam satu pekan isu atau topik tentang masalah atau persitiwa yang terjadi akan diperdebatkan secara terus menerus, tanpa ada solusi yang berarti”, paparnya. Menarik bagi saya adalah

CSR: Kefahaman dan Keikhlasan

Oleh: Setiadi Ihsan Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan, setidaknya dua tahun terakhir ini menjadi perhatian perusahaan dan masyarakat di Indonesia. Demikian juga dengan Pemerintah. Pada tahun 2007 lalu, melalui UU Nomor 40 Tahun 2007, pada Bab V Pasal 74, telah digariskan mengenai 'kewajiban' perusahaan untuk melaksanakan kegiatan CSR. Sebagai catatan, Undang-undang ini telah menuai berbagai kritik dan masukan terutama dari pihak korporasi. Pembahasan mengenai CSR, sejauh penelaahan saya, sudah dilakukan secara dalam khususnya oleh para penggiat CSR dari kalangan LSM (masyarakat) ataupun akademisi. Namun sayangnya diskursus mengenai CSR ini belum 'menular' kepada perusahaan, yang nota bene sebagai pelaku utama dalam kegiatan CSR. Pernyataan ini, setidaknya didasarkan kepada prkatik-praktik aktivitas sosial sebagai wujud tanggung jawab sebuah perusahaan masih belum dilakukan sesuai dengan konsep CSR itu sendiri. Perusahaan masih t

Khotbah Imam Husain AS Sebelum Tragedi

"Cekalakah kalian semua! Saat kalian merengek-rengek meminta bantuan kami, kami segera datang memenuhi panggilan kalian. Tapi kini kalian justeru menghunus pedang untuk menyerang kami, padahal kalian masih terikat janji baiat dengan kami. Kalian nyalakan api yang sedianya kami siapkan untuk musuh kami dam musuh kalian. Kini kalian telah berubah menjadi budak-budak musuh kalian untuk memerangi pemimpin kalian sendiri, padahal mereka tidak berlaku adil kepada kalian dan tak ada kebaikan yang bisa kalian harapkan dari mereka. Bukankah sebaiknya kalian sarungkan lagi pedang yang telah dihunus itu dan meninggalkan kami dengan hati lembut. Sekarang masih belum terlambat. Tapi rupanya kalian sangat cepat untuk mendapat kutukan. Terkutuklah kalian, hai budak-budak hina, pendurjana, pencampak kitab Allah, pemutar balik kata, pewaris dosa-dosa, sasaran tiupan setan dan pemadam Sunnah ! Merekakah yang kalian dukung dengan menghinakan kami? Demi Allah, ini bukan kali pertama kalian bertindak

Mukadimah Duka Padang Karbala

MUKADDIMAH Segala puja dan puji bagi Allah yang menampakkan diri-Nya kepada para hamba-Nya di dalam lubuk hati mereka. Yang menyampaikan kehendak-Nya dalam bentuk Sunnah dan Al-Kitab (Al-Quran). Yang mensucikan para kekasih-Nya dari gemerlap dunia yang penuh tipuan dan rayuan, lalu membawa mereka menuju cahaya kebahagiaan. Hal itu Dia lakukan terhadap mereka bukan lantaran Dia memprioritaskan mereka di atas semua mahluk-Nya tanpa sebab dan menunjukkan kepada mereka sebaik-baik jalan. Akan tetapi hal tersebut karena Dia mengetahui bahwa mereka pantas untuk mendapatkan kemurahan-Nya dan berhak menyandang sifat-sifat terpuji. Karenanya Dia tidak rela membiarkan mereka tanpa bimbingan khusus-Nya, akan tetapi memberi mereka kesempatan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sempurna. Sehingga jiwa mereka lupa akan segala sesuatu kecuali Dia [1] . Ruh mereka mengenal kemuliaan ridha-Nya. Lantas mereka pun memalingkan hati mereka ke naungan-Nya dan mereka tambatkan pengharapan pada kemuraha

Mengenang Imam Husein, AS

Ass... Puji syukur ke hadlirat Ilahi Robbi, Sholawat atas Nabi Muhammad Saww... Rasulullah saw. bersabda: "Al-Husein adalah pelita hidayah dan bahtera keselamatan." Tahukah anda siapa Imam Husein a.s.? Beliaulah yang memberikan kehidupan baru bagi iman yang ada di kalbu setiap insan Mukmin. Beliaulah yang menghidupkan kembali agama dan menjadikannya kekal dengan mempersembahkan untuk kemanusiaan warna yang indah bagi ajaran Tuhan dan teladan yang diturunkan ke muka bumi untuk disaksikan oleh umat manusia di setiap masa. Dengan begitu nurani yang hidup akan tergerak, jiwa yang bersih akan bergembira, dan ajaran-ajarannya yang terang bagai cahaya akan selalu dipegang erat oleh generasi demi generasi di setiap tempat. Di 10 hari bulan Muharam ini, saya coba tulis cuplikan tragedi Karbala yang telah menjadi saksi sejarah bagaimana, hanya lewat 1 generasi, mereka yang mengaku Muslim, telah mensia-siakan amanat Nabinya untuk menghormati keluarganya. Tragedi ini juga telah menunjuk