Rumput tetangga itu…
Moral of the story is…, the lessons to learn are…, pesan moral dari cerita itu adalah bla bla bla… Klise, emang. Ujungnya adalah nasihat, bukan? Namun demikian. Apalah arti anugerah-Nya mengenai akal dan hati yang kita terima kalau untuk setiap episode kehidupan kita tidak dapat menjadi bahan pelajaran: berfikir, perenungan dan seterusnya. Bukankan akal dan hati yang membedakan manusia dengan binatang? Lho kok pakai hati? Bukannya cukup akal saja? Sebagaimana Al-Ghazali menyebut manusia sebagai hayawanu nathiq , binatang yang berfikir? Atau Descartes yang berujar, aku berpikir maka aku ada , atau Aristoteles yang memandang manusia sebagai makhluk intelek dengan mengedepakan logos atau logikanya. Ahh, biarpun. Semoga ini juga adalah pesan moral yang saya dapat dari Al-Qur’an, ketika afidah dan qalbu saling bergantian diterjemahkan ke dalam kata yang sama dengan kapasitasnya berfikir. Kenapa juga Al-Qur’an tidak langsung menggunakan kata akal ketika dua modal dasar: pe...