Beban Beragama

Semua agama mengajarkan kebaikan. Artinya semua agama cenderung kepada kebaikan. Lepas dari hal khusus dari suatu agama, semua agama cenderung pada hal kebaikan universal. Sebalikmya menghindari dan melarang umatnya untuk melakukan tindakan kejahatan (tanpa embel2 universal).

Namun, sering kita dalam urusan agama ini cenderung berfikir induktif. Prilaku seorang umat beragama sering ditafsirkan sebagai ajaran agamanya. Ini juga yang mendorong ke arah kritik banyaknya umat berlindung dari agama. Agama dijadikan kedok atau topeng.
Setelah heboh prilaku Syekh Puji, kini seorang Kyai dari Pati, pimpinan SMK TELKOM Terpadu memaksa masyarakat untuk berfikir lain tentang keberagamaan.
Di semua agama sering terjadi penyimpangan individu atau kelompok yang pada akhirnya menyudutkan nilai-nilai agama.

Kasus lain, korupsi misalnya. Banyak pakar yang mengajukan resep pemberantasan korupsi ini melalui pesan-pesan moral agama. "Pendidikan agama memegang peran penting," katanya. Namun, sekali lagi saya harus mengurut dada. Dari sekian banyak para koruptor, banyak di antara mereka membawa dalil-dalil 'keagamaan' dalam pembelaan kasus mereka. Tidak jarang juga nama Tuhan disebut sebagai konfirmasi pembelaan.

Pun demikian terjadi di kantor-kantor. Dalil-dalil keagamaan meluncur dari para BOS, hanya untuk menenangkan para karyawan dari kegelisahan akhir tahun yang ditandai dengan ketiadaan 'bonus', penurunan tingkat kesejahteraan, gaji yang sulit naik, dsb. "Shabar, Tuhan sangat mencintai orang shabar. Semoga kerja kalian menjadi suatu amal sholeh dan bernilai ibadah, "katanya, dan meluncurlah ayat-ayat penegas.

Ach... Aku tak ingin terbebani dengan agama ku...Eittt, salah bung! Semoga agamaku tidak terbebani dengan kehadiranku sebagai salah satu penganutnya...

Popular posts from this blog

Risalah Kebohongan: BAB II — KECELAKAAN BESAR BAGI PARA PEMBOHONG

Attitude, Aptitude dan Altitude

Al Fatihah dan AlFath: Membuka Kemenangan