Ujian Orang Beriman


Dalam QS 29: 2-3, dijelaskan bahwa hanya dengan berkata bahwa ia beriman kemudian mereka tidak akan diuji. Justru, sunnatullah berlaku yang pada akhirnya akan diperoleh kebenaran mana yang benar mana yang palsu/dusta.
Demikian juga dalam QS 8: 28, kita mendapatkan pemahaman bahwa pahala tertinggi dari Allah berada pada mereka yang bisa lolos dalam menghadapi ujian.

Dalam tulisan kali ini kita mencoba memahami ujian orang beriman dalam kaitannya dengan masalah yang bisa jadi jarang difahami bahwa hal ini adalah ujian itu sendiri.

Kita mulai dari QS 7:185:
"Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah, dan kemungkinan telah dekatnya kebinasaan mereka? Maka kepada HADITS (perkataan) manakah lagi mereka akan beriman sesudah Al Qur'an itu?"

Dalam ayat di atas, setelah Allah mengajak kepada manusia untuk memperhatikan, merenungkan dan memahami apa-apa yang ada di langit dan di bumi sebagai ciptaan-Nya, selanjutnya Allah "menantang" kepada manusia dengan bertanya: kepada HADITS (harfiah: perkataan/keterangan) mana lagi mereka akan beriman setelah Al-Qur'an?

Senada dengan ayat di atas, juga Allah mengulangnya dalam QS Al-Mursalaat ayat 50:
"Maka kepada HADITS (perkataan) apakah sesudah Al Quraan ini mereka akan beriman?"
[77:50]

Dari kedua ayat ini, kalau kita fahami lebih dalam, maka Allah mengetahui dengan pasti adanya beberapa keterangan/perkataan (Hadits) setelah Al-Qur'an.

"Maka kepada HADITS (perkataan) yang manakah sesudah Al Quraan ini, mereka akan beriman?

Qur'an adalah wahyu terakhir, tidak ada lagi kitabNya yang datang setelah Qur'an.
QS 7:185 atau 77:50 bukan hanya diarahkan kepada kaum yahudi (yang telah diberikan Kitab Taurat) dan Nashoro (Injil). Alasannya karena mereka tidak menerima Qur'an. Secara umum, semua pembaca Qur'am adalah target dari ke-2 ayat di atas, termasuk kepada kita yang menyatakan diri beriman kepada Qur'an.

Di sinilah ujian kaum beriman. Sebagaimana disebutkan dalam QS 29:2-3, ujian diberlakukan bagi yang telah berkata: "Kami telah beriman."

Sebagaimana kita ketahui, selain Qur'an, kaum mukminin sebagian besar mengimani adanya keterangan/perktaan (Hadits, dalam bahasa Arab), yang jelas-jelas bukan datang dari Allah Swt. Bukankah hadits atau sunnah yang merujuk kepada "perkataan dan tindakan" N. Muhammad sebagaimana dipercaya oleh sebagian besar kaum mukminin adalah datang setelah adanya Qur'an?

Apakah ini adalah ujian atau bukan bagi kita kaum mukminin? Mari kita pelajari lagi dengan seksama Al-Qur'an. Sebagai referensi mengenai Qur'an yang telah ditetapkan sebagai "The best Haditsan",  HADITS (perkataan) TERBAIK, sebagaimana dijelaskan dalam QS 39:23, di bawah ini:

Allah telah menurunkan HADITS (perkataan) yang paling baik (yaitu) Al Qur'an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.


Dalam Al-Qur'an ayat 111, Surat Yusuf, dijelaskan bahwa Qur'an bukanlan cerita yang dibuat-buat.
"Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur'an (teks Qur'annya adalah HADITSAN) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman."
(QS 12:111)

Namun, justru Allah, lagi-lagi menggunakan kata "Hadits" yang merujuk kepada perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah.

Mari kita simak ayat lain dalam Al-Quran yaitu Surat Luqman ayat 6.
"Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan HADITS(perkataan) yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan."
[31:6]

Hadits dalam ayat ini diterjemahkan sebagai perkataan, perkataan yang tidak berguna dari manusia. Jelas bukan Qur'an, dengan maksud menyesatkan manusia dari jalan Allah dan menjadikan Allah sebagai olok-olok. Apakah orang seperti itu ada di zaman kiwari?

Semoga kita lolos dari ujian sebagaimana orang beriman akan diuji.

Garut, 28 Januari 2019

Popular posts from this blog

Risalah Kebohongan: BAB II — KECELAKAAN BESAR BAGI PARA PEMBOHONG

Attitude, Aptitude dan Altitude

Al Fatihah dan AlFath: Membuka Kemenangan