Al Fatihah dan Pendidikan (2)
Setelah kita mengenal Pendidikan Tauhid: Ilahiah, Rububiyah dan
Mukiyah serta Keyakinan akan sifat
Allah (Ar-rahmaan dan Ar-rahiim), maka Suratul Fatihah mengajarkan kepada
kita mengenai pendidikan perilaku.
Sifat Arrahmaan dan Arrahiim, yang sering diterjemahkan sebagai
sifat kasih sayang Allah, ini menjadi rujukan pertama dalam berperilaku. Kita diharuskan
mengembangkan sikap cinta kepada ‘alam, baik antar manusia dan kepada sesama ciptaan
Allah.
Selain itu Konsep “Hamd”, memberikan ajaran kepada kita mengenai
sikap rendah hati, jauh dari sifat
sombong, selain mengembangkan cinta kita juga termotivasi untuk mengembangkan sikap toleran, saling menghargai antar sesama
termasuk penghargaan atas nikmat yang diberikanNya dalam pengasuhan dan
perawatanNya (terkait konsep Rizki, misalnya) yang berujung kepada perilaku tasyakur.
Mari kita lita salah satu ayatNya:
”Dan Dia telah
memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadaNya,
dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya
manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (Q.S.14: 34).
Lantas apa yang harus dilakukan? Tiada lain adalah adalah sikap tasyakur:
Ingatlah
kepada-Ku, maka Aku akan mengingat kalian. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah
ingkar” (QS. 2: 152).
Inilah bimbingan Al-Fatihah dalam mengajarkan kita berperilaku.
Kembali ke konsep Hamd, respect dan takzim kita kepadaNya, atas
Maha Karya-nya dalam sistem perawatan (rubbubiyah)
bagi alam semesta. Diciptakan-Nya sebuah system yang unggul apalagi
dibandingkan system karya manusia, di sini kita diajarkan mengenai motivasi
perenungan, pengkajian fenomena alam. Timbullah berbagai ilmu kajian yang
secara garis besar kita bisa bagi sebagai ilmu alam (di luar manusia) dan ilmu sosial.
G.A. Parwez memberikan
pengertian “Aalamiin” sebagai setiap entitas, melaluinya pengetahuan tentang
sesuatu diperoleh disebut aalamun (jamak- Aalameen). Karena pengetahuan tentang
pencipta alam semesta ini dapat diperoleh melalui alam semesta itu sendiri dan
jenis manusia, ini termasuk dalam kategori ‘aalamiin.
Inilah Pendidikan berikutnya dari Suratul Fatihah, mengenai kajian keilmuan. Tidaklah
heran, dalam pemahaman yang benar, Dinul Islam telah mendorong berbagai
penemuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahasan ini, insyaa Allah
akan menjadi kajian tersendiri.
Mari kita liat gambaran perawatan Allah Swt terhadap Alam semesta,
dalam salah satu ayat dalam Al-Qur’an.
Artinya:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan
siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan
apa yang
Allah
turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah
matinya (kering) dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan
pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat)
tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”.
(QS 2:164)
Demikian juga tentang penciptaan Bumi dan langit yang menjadi
bahan perenungan dan kajian secara ilmiah dalam Surat 32 ayat 4.
Artinya: “Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan segala yang ada
diantara keduanya dalam waktu enam hari, kemudian dia bersemayam di atas Arsy.
Kamu semua tidak memiliki seorang penolong dan pemberi syafaat pun selain
diri-Nya. Lalu, apakah kamu tidak memperhatikannya ?”(Q.S. 32 :4 )
Dua ayat di atas dapat
mewakili adanya inspirasi bagi kaum berfikir dalam menelaah fenomena alam.
Berikutnya mengenai
kejadian manusia. Hal ini menjadi topik dan
bahasan yang tak pernah selesai, dan selalu menarik untuk dikaji. Berbagai
teori coba dikembangkan mulai tentang kedudukan manusia, kejadian, jati diri
dan potensi termasuk pembahasan dari anatomi, fisiologi, psikologi dan interaksi
sosial.
Berikut salah satu
pembahasan Quran mengenai kedudukan manusia:
“Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan
anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan], Kami beri mereka
rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”(17:70)
Demikian juga proses
kejadian manusia dalam QS 23: 14-16. Yang menjelaskan bahwa Manusia
diciptakan dari saripati tanah, air mani yang disimpan, segumpal daging, tulang
belulang, tulang kemudian dibungkus daging, dan akhirnya menjadi makhluk yang
sempurna.
Hal ini dibenarkan oleh pengetahun modern.
Bicara ilmu pengetahuan, tidak boleh kita lupakan, bahwa Qur’an
pun telah menjadi inspirasi dalam pengembangan berbagai ilmu dan seni, mulai
dari ilmu tajwij sampai dengan tafsir termasuk matematika Qur’an, serta seni
membaca (tilawah) dan menuliskan ayat Qur’an (Kaligrafi).
Berikutnya, pendidikan yang dapat kita ambil dari Suratul Fatihah
adalah Pendidikan Ibadah. Dalam tulisan
ini, sebelumnya sempat disinggung mengenai pendidikan ibadah, yang dimulai
dengan penggunaan lafadz basmallah
sebagai niat dan motivasi kita dalam melakukan pengabdian, termasuk lafadz hamdalah sebagai bentuk penghargaan dan
kesyukuran dari apa yang telah kita lakukan sebagai pengabdian. Kita juga
diajarkan bahwa dalam beribadah hanya
dan hanya ditujukan kepadaNya, iyyaka
na’budu, hanya kepada Engkau kami mengabdi dan dalam prosesnya kita harus
berpijak kepada satu jalan, jalan yang lurus, Shiraathal Mustaqiim.
Apa itu Shiraathal Mustaqiim?
Jawabannya, kita bisa liat dalam QS 6: 151-153.
Disebutkan bahwa Shiraathal mustaqiim (ayat 153) adalah kumpulan
prinsip dalam berkegiatan, yaitu:
- Janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Allah,
- Berbuat baiklah terhadap kedua orang tua.
- Janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan,
- Janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi,
- Janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.
- Janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa.
- Sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil.
- Hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu),
- Penuhilah janji Allah.
Nabiyullah Ibrahim a.s sebagai patron dalam system jalan yang
lurus (milah Ibrahim) pun adalah orang yang bersyukur atas dijawabnya do’a
beliau dalam menemukan jalan yang lurus:
“Sesungguhnya
Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada
Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang
musyrik, Dan ia senantiasa mensyukuri nikmat-nikmat Allah, Allah telah
memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus.” (QS.
16: 120-121)
Selain beribadah hanya Kepada Allah Swt, maka kita pun dalam peribadatan,
pengabdian dan berkegiatan jangan tergelincir ke dalam kondisi musyrik,
mengadakan sesama bagiNya. Ini yang kita ucapkan sebagai komitmen berikutnya:
Iyya ka nasta’iin.
Hanya KepadaMu, kami meminta pertolongan.
Dalam berkegiatan, tentunya tidak selalu apa yang kita tuju, kita
harapkan beroleh hasil yang sesuai, banyak kendala dan rintangan, bahkan kita masuk
dalam jurang berputus asa. Dalam kondisi
seperti itu, maka, kita bisa jadi tergelincir dengan meminta pertolongan bukan
kepada Yang Maha Kuasa, Maha Rahmaan dan Maha Rahiim, tetapi kepada selain
Allah Swt.
Dan dua komitmen: Iyya ka na’budu
wa iyyaka nasta’iin, ketika dipenuhi inilah
bentuk ketundukan, inilah pribadi muslim/ah. Kondisi ketundukan inilah yang
harus dijaga sampai kita meregang nyawa dari badan, kelak.
Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar
takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam
keadaan Muslim.”
(QS.Ali Imran:102).
Penutup
Inilah
risalah kecil mengenai aspek pendidikan dalam Surat Al-Fatihah (Surat
Pembuka/Bab Pembukaan) dalam Al-Qur’an, yaitu:
Pendidikan
Tauhid, Akhlak, Ilmu Pengetahuan, dan Ibadah.
Yang
pastinya akan dibahas lebih lanjut dalam ke-113 surat berikutnya.
Nyatalah,
bahwa Al-Fatihah, merupakan Ummul Qur’an, Induk (Pengetahuan) dari Al-Qur’an.
Semoga
Bermanfaat.
Garut,
1 Juni 2019