Quran Hanyalah Dongeng Masa Lalu

Ketidak-acuhan terhadap AlQuran merupakan topik yang diungkapkan Nabiyullah Muhammad Saw, kelak pada saat pengungkapan kebenaran terjadi.

"Berkatalah Rasul: "Ya 'Rabbi', sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan". (QS 25:30).

Rasulullah dalam ayat di atas menyebutkan "inna qaumi" untuk menyebutkan bahwa yang tidak acuh atau memperhatikan alQuran itu adalah kaumnya sendiri. Inilah yang seharusnya menjadi perhatian kaum muslimin yang menyatakan diri sebagai pengikut rasul Muhammad Saw. Rasul Muhammad sendiri malah memberikan "kesaksian" bahwa bisa jadi kita-lah sebagai bagian dari kaumnya yang tidak acuh dengan al-Qur'an. Untuk itu, memerlukan usaha atau kerja keras dalam menyikapi alQuran sesuai dengan fungsinya sebagai petunjuk bagi manusia. Tidak cukup beriman, namun dengan beramal shaleh, yaitu usaha keras dalam mempelajari alQuran untuk menyingkap pesan kebenaran.

Belajar dari kitab sebelum alQur'an, yaitu Taurat yang sudah banyak dikorupsi isinya, dan alQuran diturunkan untuk mengoreksi apapun yang tercantum dalam kitab yang telah tidak murni lagi, maka upaya setan dalam menjauhkan dan tak lagi acuh dengan alQuran bukan lagi dengan cara-cara lama, yaitu mengubah, merusak atau mengganti kalimat dalam alQur'an. Satu dari sekian banyak cara yang bisa mereka tempuh adalah mengubah makna AlQuran entah itu dalam bentuk terjemah atau tafsir (penjelasan) sebagaimana kaum muslimin fahami, begitu banyak terjemah dan tafsir yang sering kali tidak tegak pengertian satu penjelasan dengan penjelasan lainnya termasuk penjelasan yang benar-benar mereka ada-adakan sehingga menyimpang jauh dari makna sesungguhnya dan bahkan ini sering menjadi amunisi bagi para kaum kufar dan membenci ajaran alQuran untuk menyerang kelemahanannya. Mereka bukan menyerang dari tekstual alQuran tapi justru dari hasil penjelasan para penjelas yang kita kenal sebagai mufasir atau ulama tafsir atau Sarjana alQuran.

Sering kali mereka (para penerjemah dan penafsir) melakukan penjelasan terhadap ayat alQuran mengambil sumber bukan dari alQuran itu sendiri yang telah ditegaskan Allah Swt sebagai al-haq, terperinci dan lengkap. Sering kali mereka mengambil penjelasan dari Bibel atau Taurat yang sudah dirusak isinya. Untuk hal ini, insyaa Allah akan dibahas dalam berbagai cerita pada alQuran yang seharusnya menjadi ibrah bagi manusia namun menjadi hal yang sering kali tidak logis, penuh dengan imajinasi liar dan bahkan merendahkan serta menghina alQuran, para Nabi dan Allah Swt. Cerita dalam alQuran dibuatnya sebagai karya sastra, syair, atau kisah novel yang jelas-jelas ini sebuah kesesatan menurut alQuran (QS 26: 224).

Pernyataan dalam alQuran sudah jelas bahwa alQur'an bukanlah sya'ir dan bukanlah hal yang diada-adakan, dan Muhammad Saw juga tidak seperti yang kaum kufar tuduhkan sebagai penyair. Ini hanya salah satu ketika penjelasan alQuran dengan menggunakan puisi atau sya'ir.

Ketidakacuhan terhadap alQur'an bisa terjadi sebagai kekacauan dalam terjemah dan penjelasan yang menyimpang, tidak konsisten dan untuk semua cerita dalam alQuran yang konon sekitar 60% isi alQur'an adalah berisikan kisah, berakhir sebatas dongeng masa lalu, dalam bahasa alQuran sebagai asaatirul awwaliin. Dan kondisi ini diabadikan dalam alQuran. Setidaknya ada lima ayat dalam alQuran yang diakhir dengan frasa "in hadzaa illa asaatirul awwaliin," yang berarti ini hanyalah dongeng masa lalu untuk tuduhan para pembangkang alQuran di masa Nabiyullah Saw terhadap alQur'an. Dulu, di Zaman Rasulullah, Muhammad Saw lah yang dituduh penyair dengan produk syairnya, alQuran, dengan isi tidak lebih dari dongeng masa lalu. Kini, dongeng masa lalu bisa jadi dialamatkan kepada alQuran bukan karena Muhammad Saw sebagai penyair yang mengada-adakannya, namun justru karena penjelasan atas ayat-ayat Allah yang sudah jauh dari makna asalnya.

Bersama alQur'an, Nabiyullah Muhammad Saw telah membawa peradaban yang membebaskan perbudakan antar manusia. Bersama AlQuran, Nabiyullah dengan para pengikutnya telah memulai tatanan negara modern. Bersama AlQuran juga kepemimpinan Rasulullan sebagai tokoh, negarawan, pemuka agama dan panglima perang telah menjadi tokoh utama dan pertama yang berpengaruh di dunia. Dinul Islam, tatanan yang dibangun dengan sistem penyerahan diri kepada Allah Swt telah menyumbangkan berbagai kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan, ini tidak diingkari oleh dunia Barat. Namun, saat ini, kejayaan itu tinggal kenangan. Semua ini, bisa jadi, karena ummat Muhammad Saw, sudah tidak lagi mengacuhkan alQuran sebagai "the way of life".

Popular posts from this blog

Risalah Kebohongan: BAB II — KECELAKAAN BESAR BAGI PARA PEMBOHONG

Attitude, Aptitude dan Altitude

Al Fatihah dan AlFath: Membuka Kemenangan