satu tahap yang laen

Dibilang senang, ya aku harus akui bahwa ada kegembiraan ketika hari itu tiba. Kenapa tidak, tidak semua orang mempunyai kesempatan yang sama untuk itu. Apalagi ada embel-embel setengah gratis. Kegembiraan itupun bertambah ketika semua orang, termasuk keluarga yang mengetahui event tersebut ikut merasakan kegembiraan. Walau dengan kata singkat, "selamat, ya!".

Hampir empat belas bulan aku tidak merasakan hari libur untuk sabtu dan minggu. Ok-lah untuk hari sabtu, aku bisa tolerir karena hari libur itu biasa aku isi dengan mengajar di sebuah universitas 'lokal' di daerahku. Tapi untuk hari minggu, ini yang membuatku untuk merayakan 'event' tersebut, "bebas, euy!". Bagaimana tidak berapa syukuran pernikahan keluarga dan sejawat yang aku lewatkan, berapa event olahraga penting yang aku tinggalkan demikian pula berapa hobby 'jelekku' yang aku tunda. Dan yang paling penting di hari Minggu waktu bercengkrama dengan keluarga jadi terganggu.

"pengorbanan, Pak!", kata istriku. Ok, aku bisa bangkit dari kejenuhan itu. "wong aku yang memulai, aku pula yang menjalani dan aku juga yang harus segera mengakhirinya. Sebelumnya aku tidak terfikir untuk melakukan hal itu, namun karena itu sebuah kesempatan langka, dan lagi-lagi istriku menyemangati itu, aku tempuh juga. "terpikir sih...", kataku saat itu ketika istriku mengkonfirmasi kemalasanku. "... Namun bukan di tempat itu, bu", belaku. Memang sebelumnya rasa underestimate itu muncul aja seketika. Tapi dipikir-pikir lho bukankah itu institusi yang aku juga ikut berkiprah di dalamnya. Bagaimana orang lain bia bangga, dosennya aja tidak memperlihatkannya.

Banyak hal penting selama 14 bulan aku dapatkan dari perjalanan itu. Setidaknya aku merasakan lagi bagaimana 'arogansi' orang tua, dan lemahnya posisi tawar diriku beserta teman senasib. Belum 'semena-menanya' waktu diciptakan dan dihilangkan oleh 'yang berkuasa', lagi-lagi aku harus merasakan bagaimana anak didikku merasakan hal yang sama ketika 'sok kuasaku' muncul dihadapan mereka.

"Dasar lo! makanya kalau ama mahasiswa itu jangan kejam, baru tahu lo, kena getahnya!," itu terlontar dari rekanku ketika hasil karyaku tidak berbuah manis seperti yang aku harapkan.

Lain lagi cerita 'bimbingan' yang gak pernah langsung benar walau kita ngotot itu adalah karya terbaikku. Tidak ada! mesti ada coretan untuk disempurnakan, katanya. Oh, sedikit cerita tentang underestimateku, agak terobati ketika banyak ilmu yang aku serap. Mungkin tidak untuk yang lain. Dengan basic yang jauh dari yang aku dalami sebelumnya, bagiku jelas merupakan pengayaan otak-ku. Akupun menyadari bahwa semakin tinggi pemahaman seseorang akan sesuat maka semakin sempit pula orang itu dalam mengenal hal lain. Gde Prama menyebutnya sebagai seorang IDIOT. Ugh! banyak sekali 'idiot' yang aku temui. Namun dari 'keiidiotan' mereka justru membawa berkah bagi diriku dalam memahami banyak hal baru.

Dan hal yang membuatku harus bahagia, dan juga keluarga bahagia yaitu ketika judisiumku dinyatakan LULUS dengan CUMLADE, Nah lho! kok bisa? benar-benar ada dalam benakku. Betapa tidak selama ini hanya beberapa mata kuliah yang sempat keluar nilainya. Dan salah satu komentar temenku di atas mewakili salah satu nilaiku. Itulah 'keajaiban'... He..he...! Kini beban itu sudah 'ngemplong'... Mudah2an tiga hurup tamabahan dalam namaku tidak mempercepat proses idiotisasi dalam diriku, semoga!

Aku bahagia!

Hatur nuhun ka Ambu, Teteh dan Egar yang telah menemani Abah dalam proses menjadi murid lagi...

Jakarta, 5 Juli 2007

Comments

Anonymous said…
"cum laude tea atuh" hehe... emut ah, nu atos2 mah tong lebet kana hate, janten intropeksi ka diri da sami2 dosen didinya oge hehe..
Anonymous said…
hehe..., ngiring bingah ahh, cum laude tea, kan pengorbanan.., kukulutus oge banding lah..., inget statistik meunang "B", hehe..., hade lah. "Bravo Cum Laude"
Anonymous said…
hehe..., ngiring bingah ahh, cum laude tea, kan pengorbanan.., kukulutus oge banding lah..., inget statistik meunang "B", hehe..., hade lah. "Bravo Cum Laude"

Popular posts from this blog

Risalah Kebohongan: BAB II — KECELAKAAN BESAR BAGI PARA PEMBOHONG

Attitude, Aptitude dan Altitude

Al Fatihah dan AlFath: Membuka Kemenangan