Valentine, it's one of global marketing success story

Selamat bervalentine!, meskipun saya sendiri premature dalam pelaksanaannya, sehari sebelumnya. Mohon maklum, saya mengikuti kalender Muhammadiyah.

"Bapak, hadiah apa yang telah Bapak siapkan untuk Ibu besok?", Arah pesan tadi langsung saya tangkap. "Oh, iya sudah Teh, Bapa udah siapkan 3 buku novel masing-masing buat Ibu, Teteh dan Dede...". Belum selesai saya bicara. Anak sulung saya sudah nyerocos lagi. Dia terus berusaha 'menjebak' saya untuk 'menghalalkan' setidaknya mengizinkan apa yang telah diperbuatnya untuk valentine day. "Teteh tadi maen bareng ama temen-temen, Teteh lihat ada kue coklat bagus, Pak. Bentuknya love, harganya 25 ribu. Bagus buat Bapak hadiahkan sama Ibu di luar buku novel tadi. Teteh Udah Beli Pak..." Senyum ganteng pasti akan terpampang bila ada kamera yang mengabadikan respon saya atas ulah si Teteh. Saya hanya bisa mengulang pepatah yang telah berulang tahun ke-3, yang pasti membosankan buat perawanku ini. "Ok, tapi ingat, kita akan terus menjaga kasih sayang ini setiap saat dan tentunya kepada semua makhluk Alloh".

Percakapan itu terjadi satu hari sebelum tanggal 14. Anak saya yang lagi mempersiapkan diri ke tahapan junior high school, mengagetkan saya via telpon.

Tak perlu bertanya akan aspek historis dari hari kasih sayang, valentine day. Sebagian umat di jagat larut dengan perayaan ini. Valentine is about universal value, mereun. Kita gak berfikir lagi mengenai asal suku, agama, idiologi dan motif dari para perintis valentine day. Faktalah yang bisa mengatakan itu semua..

Satu dari sekian ciri ilmu yang masih saya ingat adalah mudah lupa. Untuk itu saya buka ulang 'sejarah valentine' untuk sekedar mengingatkan bahwa Valentine adalah tokoh martir, calon santo, yang terbunuh dalam pertentangannya vis a vis Raja Claudius II (268 - 270 M). Saya juga diingatkan bahwa 'martir' dalam term mereka mirip dengan syuhada di Islam. Untuk mengagungkan dia (satu. Valentine), yang dianggap sebagai simbol ketabahan, keberanian dan kepasrahan dalam menghadapi ujian hidup,maka para pengikutnya memperingati kematian satu. Valentine sebagai 'upacara keagamaan'. Saya juga disegarkan dengan telah berlalunya metamorfosis dari upacara keagamaan menjadi perayaan non agama, "supercalis", pesta jamuan kasih sayang bangsa Romawi kuno. Setelah orang-orang Romawi itu masuk agama Nasrani(Kristian), pesta 'supercalis' kemudian dikaitkan dengan upacara kematian satu. Valentine. Penerimaan upacara kematian satu. Valentine sebagai 'hari kasih sayang' juga dikaitkan dengan kepercayaan orang Eropah bahwa waktu 'kasih sayang' itu mulai bersemi 'bagai burung jantan dan betina' pada tanggal 14 Februari. Dan banyak lagi cerita lainnya.

Era sekarang, era dimana saya telah mempunyai anak yang berespon akan tanggal 14 Februari, orang mengenal Valentine melalui 'greeting card', pesta persaudaraan, tukar bertukar-tukar memberi hadiah dan sebagainya tanpa harus mengetahui latar belakang sejarahnya yang sudah berumur lebih dari 1700 tahun lalu.

Yang menarik adalah keberhasilan para tokoh dalam mendakwahkan dan memasarkan hari valentine untuk senantiasa dirayakan oleh manusia di jagat ini. Sebut saja seorang berkebangsaan USA, Esther A. Howland (18281904) yang telah mengekspor branding bahwa tanggal 14 Februari harus dirayakan dengan kartu ucapan. Kartu Valentine untuk pertama kali diproduksi secara massal pada tahun 1847 olehnya dimulai dari dari Worcester, Massachusetts. Ayahnya memiliki sebuah toko buku dan toko peralatan kantor yang besar dan ia mendapat ilham untuk memproduksi kartu dari sebuah kartu Valentine Inggris yang ia terima. Semenjak tahun 2001, The Greeting Card Association setiap tahun mengeluarkan penghargaan "Esther Howland Award for a Greeting Card Visionary". Dia terinspirasi apa yang telah dilakukan berupa tradisi penulisan notisi pernyataan cinta yang telah berkembang di awal abad ke-19.The Greeting Card Association (Asosiasi Kartu Ucapan AS) memperkirakan bahwa di seluruh dunia sekitar satu milyar kartu valentine dikirimkan per tahun. Hal ini membuat hari raya ini merupakan hari raya terbesar kedua setelah Natal di mana kartu-kartu ucapan dikirimkan. Asosiasi yang sama ini juga memperkirakan bahwa para wanitalah yang membeli kurang lebih 85% dari semua kartu valentine.

Instink meniru dalam pemasaran juga terjadi di produk lainnya, seperti hadiah-hadiah lainnya berupa bunga mawar dan cokelat. Berikutnya mulai tahun 1980-an, industri berlian mulai mempromosikan hari Valentine sebagai sebuah kesempatan untuk memberikan perhiasan.
Restoran, Hotel, dan apa lagi tuch sebutannya buat penginapan2 unik dan mahal juga menyiapkan strategi pemasaran spesial. Hal ini hanya dan hanya berdalil kepada global marketing bahwa Sebuah kencan pada hari Valentine seringkali dianggap bahwa pasangan yang sedang kencan terlibat dalam sebuah relasi serius.
Ini yang dapat saya katakan sebagai global marketing effort, dan berhasil.

Di Jepang, Hari Valentine sudah muncul berkat global marketing ini, sebagai hari di mana para wanita memberi para pria yang mereka senangi permen cokelat. Namun hal ini tidaklah dilakukan secara sukarela melainkan menjadi sebuah kewajiban, terutama bagi mereka yang bekerja di kantor-kantor. Mereka memberi cokelat kepada para teman kerja pria mereka, kadangkala dengan biaya besar. Cokelat ini disebut sebagai Giri-choko, dari kata giri (kewajiban) dan choco (cokelat). Lalu berkat usaha marketing lebih lanjut, sebuah hari balasan, disebut "Hari Putih", (White Day) muncul. Pada hari ini (14 Maret), pria yang sudah mendapat cokelat pada hari Valentine diharapkan memberi sesuatu kembali.

Di Taiwan, sebagai tambahan dari Hari Valentine dan Hari Putih, masih ada satu hari raya lainnya yang mirip dengan kedua hari raya ini ditilik dari fungsinya. Namanya adalah "Hari Raya Anak Perempuan" (Qi Xi). Hari ini diadakan pada hari ke-7, bulan ke-7 menurut tarikh kalender kamariyah Tionghoa.

Di Korea ada Black Day (Hari Hitam) dimana pada saat ini pria-pria yang tak mendapat apa-apa di Hari valentine berkumpul bersama untuk memakan Jajangmyun (mie dengan saos hitam).

Di Philipine, juga tidak jauh beda. Walupun tahun kemarin sempat diisukan adanya Bom Valentine, yang kedengarannya ngeri, sekedar menunjukkan tidak kalah hebohnya, beberapa istilah ini: Philippine Women’s Association Valentine’s Partydan The Special Promo Edition For Valentine '08 adalah icon yang menghiasi perayaan di sana.

Di Indonesia, budaya bertukaran surat ucapan antar kekasih juga mulai muncul. Budaya ini cenderung menjadi budaya populer dan konsumtif karena perayaan valentine lebih banyak ditujukan sebagai ajakan pembelian barang-barang yang terkait dengan valentine seperti kotak coklat, perhiasan dan boneka. Pertokoan dan media (stasium TV, radio, dan majalah remaja) terutama di kota-kota besar di Indonesia marak mengadakan acara-acara yang berkaitan dengan valentine, seperti jamuan makan dan sebagainya. Jangan salah, di Indonesia juga untuk beberapa pasangan tertentu spiritnya tidak kalah dengan lebaran, yang harus pake baju baru, merekapun berusaha untuk mendapatkan hiasan bagi tubuhnya yang serba baru. Jadi bisa dibayangkan damapak bisnis dari valentine ini.

Walaupun untuk beberapa tempat, dengan content idiologi, global marketing ini mendapatkan perlawanan yang sangat ketat. Di Malaysia perayaan hari Valentine oleh orang Melayu dikecam. Di Arab Saudi, umat Islam di sana diharamkan untuk memperingatinya karena dianggap sebagai perayaan kaum Kristen yang penuh kekufuran.

Walau bagaimana, fenomena tanggal 14 Pebruari ini telah menginspirasi sebagian perusahaan untuk memasang strategi khusus dalam upaya memasarkan produknya.

Popular posts from this blog

Risalah Kebohongan: BAB II — KECELAKAAN BESAR BAGI PARA PEMBOHONG

Attitude, Aptitude dan Altitude

Al Fatihah dan AlFath: Membuka Kemenangan