Mengenal Komponen INPUT Dalam Surat Al-Fatihah sebagai Model Sistem Kehidupan Muslim



Dalam dunia bisnis atau manajemen, ketika diperkenalkan mengenai sistem linear (Input – Proses – Output – Outcome), khususnya untuk input (masukan), maka kita akan dikenalkan dengan istilah ”5 M”, yaitu Man-power (Sumber daya manusia), Money (Modal), Materials (Bahan baku), Machine (Mesin), Method (Metode/Prosedur/Managerial). Saat ini, bahkan sudah terdapat 2 tambahan lagi yaitu Media dan Motivation (motivasi, soft competency). Al-hasil istilah 5M berubah menjadi “7 M”. 

Nah, bagiamana konsep 7M ini dapat diterapkan dalam Surat Al-Fatihah sebagai Model Sistem Kehidupan Seorang Muslim.

Baiklah, dimulai dari 4 ayat pertama dalam surat  Al-Fatihah yang telah penulis kelompokkan sebagai masukan (input) dalam sistem kehidupan seorang muslim, yaitu:

Pertama, bismillahirrahmaanirrahiim (ayat pertama) dan Arrahmaanirrahiim (ayat ke-3).

Dengan Nama Allah, Yang Maha Rahmaan dan Rahiim. Ini adalah janji manusia sekaligus Motivasi manusia dalam hidup, bahwa semua tindakannya didasari dan ditujukan untuk Yang Rahmaan dan Rahiim, Allah Swt. 

Rahmaan dan Rahiim-Nya Allah adalah manifestasi pengasuhan Allah kepada makhluk-Nya, termasuk manusia. Manusia, sebagai unsur M-pertama: Manpower adalah makhluk Allah yang paling mulia di antara kebanyakan ciptaan-Nya (QS 17: 70). Dengan kemuliannya, manusia dianugerahkannya hidayah otomatis sebagai ciptaan terbaik (ahsana taqwim, QS 95:4) baik secara fisik (panca indera) dan non-fisik (immaterial) berupa qalbu atau afidah dan akal. Dengan kesempurnaan penciptaan inilah maka manusia dapat berkreasi dan berinovasi. Sejumlah ayat, bahkan menyebutkan tiga modal dasar berupa: pendengaran dan penglihatan mewakili kelengkapan fisik dan pertimbangan (afidah/qalbu) mewakili anugerah immaterial. Tujuan pemberian 3 modal dasar ini, supaya manusia bersyukur, yaitu dengan memahami ayat-ayat Allah, dan kelak akan diminta pertanggungjawabannya. Ketika modal dasar tersebut tidak digunakan sesuai dengan tujuannya, al-Qur‘an memberikan kiasan bahwa manusia akan jatuh derajatnya laksana binatang bahkan lebih rendah dibanding binatang. 

Ke-3 modal dasar inilah yang memenuhi unsur M berikutnya adalah Money (modal). Melalui kelengkapan fisik: pendengaran dan penglihatan, maka manusia dapat mengeksplorasi berbagai pengetahuan yang kemudian dengan qalbu atau afidah timbul pemahaman. Secara bahasa afidah berarti pertimbangan, perasaan.(corpus.quran.com). Di beberapa ayat al-Qur‘an, kata af‘idah (jamak: fu‘ad) digandengkan sebelumya dengan pendengaran dan penglihatan (QS 16: 78, 17: 36, 23: 78, 32: 9, 46: 26, 67:23).  Sebagian mufasir memberikan pengertian afidah sebagai qalbu (nurani) dengan fungsi melakukan perenungan dan sebagian lagi lebih menafsirkan sebagai akal yang berfungsi kepada daya nalar manusia. 

Satu lagi anugerah-Nya untuk manusia adalah nafs (diri atau jiwa). Diri atau nafs ini yang pada masa sulbi telah diambil kesaksian oleh-Nya, dan serempak nafs tersebut bereseru,”balaa syahidna”  (artinya: betul, kami bersaksi bahwsanya Engkau adalah Tuhan kami). Untuk selanjutnya maka nafs inilah yang menerima petunjuk (hidayah, modus perilaku-Nya). (nun fa sin), berarti “diri”, “jiwa”. “Dan kalau Kami menghendaki niscaya Kami akan berikan kepada tiap-tiap jiwa (nafs) petunjuk…” (QS 32:13), dari ayat ini sebagian ulama berpendapat bahwa yang bertanggung jawab dalam penerimaan petunjuk adalah “nafs” (jiwa) manusia. Nafs juga dianggap sebagai penerima energi (Ruh) ilahi (Mazumder, 2018). Sifatnya yang netral, mengharuskan kita untuk senantiasa menjaga jiwa kita dan keluarga kita, (QS 66:6).

Sebaliknya, perilaku yang tidak menggunakan 3 modal dasar ini, ditunjukkan oleh kaum Kafir, yang dalam QS 2: 6-7 disebutkan kebebalan mereka, dan dinyatakan bahwa mereka telah terkunci mati hati dan pendengaran serta tertutup mata mereka.

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang (ayat 1) dan Arrahmaanirrahiim (ayat 3), sebagian ulama menjelaskan kedua ayat ini sebagai bentuk janji sekaligus motivasi dan kesaksian. Bahwa apapun yang dilakukan dalam mengarungi hidup ini semuanya disandarkan atas nama Allah Swt.  Demikian pula ayat pertama yang turun dengan perintah membaca (iqra’), dilanjutkan dengan pembacaan yang bersyarat yaitu bismi rabbik artinya dengan nama Tuhan-Mu. ar-Rahmaan dan arRahiim adalah dua atribut Tuhan yang diperkenalkan kepada manusia. Dalam beberapa ayat yang terkait dengan nafs, misalnya, disebutkan كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلَىٰ نَفْسِهِ ٱلرَّحْمَةَ ۖ (kataba rabbukum ‘ala nafsihi arrahmah), artinya: Allah telah mentapkan atas jiwa/dirinya kasih sayang (QS 6: 12, 54). Inilah yang harus dipertahankan bagi seorang manusia jiwa yang penuh kasih sayang. Untuk itulah perlu pengembangan (penyucian) diri dalam term alquran sebagai “tazakka”, sebagaimana Firman-Nya: “…Dan barangsiapa yang mensucikan (تَزَكَّىٰ) dirinya, sesungguhnya ia mensucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri (لِنَفْسِهِۦ). Dan kepada Allahlah kembali(mu).”   Dalam ayat lain disebutkan, “ … karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku (إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ)…” QS 12: 53.

Inilai janji, motivasi atau niat dan kesaksian awal manusia dalam bertindak semuanya disandarkan atas nama Allah. Dan dengan demikian maka ayat pertama dari Al-Fatihah ini telah memenuhi tiga sumber input, yaitu: Man, Money dan Motivation. 

Kedua, Alhamdulillahirabbil’alamiin.

Inilah Ayat ke-2 dari Al-Fatihah. Sebagaimana ayat pertama, lafaz ini juga sering diucapkan seorang manusia. Kalau ayat pertama, digunakan untuk memulai aktivitas, maka berakhirnya sebuah aktivitas ditutup dengan rasa kesyukuran dan dikembalikan kepada-Nya dengan mengucap: Segala puji bagi-MU, rabbul’asmlamin.

Ayat ini, sebagaimana ayat pertama adalah bentuk introduction (pengenalan diri) dari Tuhan kepada manusia. Bahwa Allah mempunyai atribut sebagai ar-Rahmaan dan ar-Rahiim, juga kemudian dikenalkan konsep “Rabb” bagi ‘alamiin (alam semesta). Rabb berarti bahwa Tuhan adalah pencipta, pemelihara, penyedia dan Pembina bagi alam ini termasuk manusia. Penciptaan alam dengan segala keseimbangan dan keteraturan menurut hukum-Nya, Pengasuhan Allah terhadap manusia dalam hal rezeki, misalnya dan pembinaan manusia dalam bentuk pengajaran melalui ayat-ayat-Nya.Allah tegaskan dalam al-Qur’an bahwa Allah menciptakan langit dan bumi juga segala sesuatu diantaranya, adalah untuk kepentingan manusia (QS 2: 29, 14: 32).   

Konsep “Hamd”, bukan sekedar memuji (pujian) tetapi juga sebagai bentuk rasa takjub/kagum manusia kepada segala penciptaan, perawatan, penyediaan dan pembinaan-Nya. Dan untuk seterusnya, dengan modal dasar yang telah diberikannya, maka timbullah rasa syukur dari manusia.

Dari ayat ke-2 ini maka terpenuhi juga 2 unsur M lainnya, yaitu Materials berupa rezeki yang ada di bumi dan langit serta segala isinya di antara keduanya dan Machine (mesin), yaitu dengan budi daya dan akal, maka manusiapun dapat memproduksi segala alat bantu dalam melakukan fungsi dan tugas kehidupan. Dan jangan dilupakan dalam ayat ke-2 ini juga adalah pemenuhan atas M lain, yaitu Motivasi atau soft competency, yaitu perwujudan rasa takjub yang diakhiri dengan rasa bersyukur (أَنِ ٱشْكُرْ لِلَّهِ ۚ وَمَن يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِۦ ۖ) artinya: “…Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri…” QS 31: 12.

Ketiga, Salah satu hukum-Nya yang berlaku, penulis tampilkan adalah mengenai hukum pembalasan. 

Inilah yang menjadi inti dari ayat ke-4 Al-Fatihah, yaitu: Maaliki yaumiddin.  Allah sebagai Raja dalam hari pemablasan agama (Ad-diin). Dalam kaitanya dengan perbuatan manusia. Allah menetapkan beberapa kali dalam kitab-Nya: layukalifullah nafsan illa wus’aha (QS 2: 286). Allah tidak memikulkan beban pada DIRI kecuali dengan kesanggupannya (وُسْعَهَا) atau di ayat lain (QS 65: 7) disebutkan kecuali dengan apa yang telah diberikan-Nya (مَآ ءَاتَىٰهَا). Kemudia hukum berikutnya adalah, “Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hamba-Nya.” (QS 41: 46 dan 45: 15). Di ayat lain disebutkan bahwa untuk kebaikan balasannya adalah kebaikan. (QS 55:60) atau dalam QS 17: 7 ,”Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri..” (إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا). Inilah hukum pembalasan ketika segala amalan sekecil jarah pun akan diperhitungkannya (QS 99: 7-8). 

Ad-diin sendiri adalah aturan, ideologi, ajaran atau the way of life. Inilah Method atau metode atau prosedur atau manajemen dalam hidup yang menjadi input dalam sistem kehidupan manusia. Ad-diin dijalankan dengan dua cara, yaitu pemenuhan fungsi manusia sebagai khalifah yang mempunyai tugas memakmurkan bumi (QS 2: 30) dan tugas hidup melakukan pengabdian/Ibadah (QS 51: 56).

Adapun Media sebagai sumber masukan (input) dalam sistem kehidupan manusia, adalah dalam bentuk ketundukan. Islam sebagaimana pengertian bahasa adalah submission atau ketundukan, maka ketundukan dalam Surat Al-Fatihah dimulai dengan kesadaran manusia sebagai ciptaan-Nya sekaligus pengakuan bahwa Tuhan sebagai Pencipta, Pemelihara, dan Pembina bagi ’alam semesta (Rabb). Timbulnya janji dan motivasi bertauhid dalam semua tahapan kehidupan/beraktivitas/berkarya dengan kesadaran billah (pada saat memulai), fillah (proses) dan lillah (akhir). Ini lah yang disebut dengan media, dalam terminology Islam adalah Ad-diin itu sendiri yang sering diterjemahkan sebagai agama, dinul islam = agama Islam. Inilah media dalam mengarungi kehidupan. KETUNDUKAN.

Sampai di sini maka lengkaplah terpenuhi komponen 7 M di atas. Dalam sumber rujukan lain, berkaitan dengan sebuah linear system, sumber daya dibagi dua bagian. Ada yang bersifat material dan yang lainya bersifat instrumental. Yang bersifat material adalah Manusia (manpower), money (modal yang diberikan Allah bagi manusia), materials (bumi, langit dan seisinya), machine (apapun alat bantu sebagai kreativitas dan inovasi manusia dalam memakmurkan bumi). Sementara sumber daya yang bersifat instrumental adalah motivasi (janji/kesaksian, hamd, dan kesyukuran), method adalah ad-diin (dengan perangkat kurikulum al-qur’an sebagai kitab petunjuk) dan media adalah (ad-diin itu sendiri, yaitu yang mempunyai persmaan dengan dinullah, dinul haq, dinul qayyim, dinul khalish, atau Al-Islam).

Juga jangan dilupakan bahwa, sebagaiman telah dibahas dalam tulisan sebelumnya, bahwa ke-7 ayat dalam Al-Fatihah, semuanya mengandung nilai keimanan (tauhid) dan keilmuan. Ayat pertama Al-Qur'an telah menyinggung bahwa motivasi dan tujuan karena dan untuk Allah ini juga diawali dengan keharusan tugas "MEMBACA/IQRA" oleh manusia. Iqra bismirabbik, berarti bahwa setiap pembacaan pun demikian dengan pengakuan, keimanan dan ketundukan akan Allah Swt harus didasari dengan Ilmu (QS 22: 54).     

Insyaa Allah, di bagian lain penulis akan mmelanjutkan pembahasan pada bagian PROSES dan OUPUT dengan  memetakan ayat-ayat dalam Al-Fatihah yang berhubungan dengan proses dan OUPUT dalam tema Al-Fatihah sebagai Model Sistem Kehidupan Muslim. 

Terakhir, tulisan ini bukan cocokologi. Penulis percaya bahwa semua Ilmu berasal dari-Nya, dan tak mesti kita membagi-bagi atau mengotak-kotakannya, menjadi ilmu dunia dan akhirat. Akal manusia akan sampai kepada dinamika kreativitas dan inovasi dalam pengembangan ontology, metodologi/epistemology dan aksiologi dari setiap keilmuan. 

Allahu ‘alimun bashiran.


Popular posts from this blog

Risalah Kebohongan: BAB II — KECELAKAAN BESAR BAGI PARA PEMBOHONG

Attitude, Aptitude dan Altitude

Al Fatihah dan AlFath: Membuka Kemenangan