Status Baru


“Selamat menduda, kawan! Semoga kekal dan bahagia selalu!”

Jarang sekali kita mendengar ucapan selamat untuk perubahan dari status married menjadi janda atau duda atau anda pernah mengucapkannya bahkan merimanya?

Bicara status, umumnya status seseorang merujuk kepada nikah atau tidak/belum nikah. Jadi, suami atau sebagai istri melekat kepada status mereka yang telah menikah, lajang bagi mereka yang belum atau tidak menikah dan duda atau janda bagi mereka yang pernah menikah. Status sendiri adalah generik serta dapat merujuk kepada kondisi strata ekonomi, kesehatan, Pendidikan, jabatan dan lainnya dari satu individu. Orang yang berlimpah harta, ya statusnya kaya, sebaliknya untuk kondisi serba kekurangan, ya miskin.

Untuk mereka yang berstatus baru menikah, ucapan selamat biasanya mereka dapatkan dengan narasi dukungan, dan do’a seperti menempuh hidup baru, kondisi samawa dan lainnya. Ucapan selamat tentunya sebagai tanggapan dan harapan akan perubahan yang positif dari tadinya lajang menjadi married. Namun, ucapan selamat jarang berlaku pada perubahan status dari married ke duda/janda. Padahal, bisa jadi bagi si empunya titel janda atau duda itu adalah pilihan yang membahagiakan. 

Tahun ini, tahun 2022, mendekati gerbang usia 5 dekade, status baru aku raih, dan merupakan kelanjutan dari status sebelumnya sebagai seorang bapak, yaitu seorang kakek. Di tanah pasundan, panggilan buat seorang kakek ada dua, yaitu aki atau abah. Mendapat status aki sebelum berusia 50 tahun ya dapat dibilang jarang di era sekarang. Di antara generasi seangkatan cuma satu-dua yang telah menyandang status itu. So, di tengah kebahagiaan menyambut lahirnya cucu perdana, terselip rasa kaget, atau setidaknya bertanya-tanya benarkah si akuh ini sudah menjadi cucu.

Jujur, ketika 26 tahun silam si aku ini menikah, tak pernah berhitung di usia berapa akan mendapatkan cucu. Baru kepikiran, ya… setelah gadis sulungku, setahun lalu, dipinang orang, barulah nyadar bahwa tak akan lama lagi gelar Aki bakal melekat. Dan, jadilah aku sebagi Aki.

Apa spesialnya jadi Aki?

Seorang Aki patut disyukuri ketika keturunan menjadi sebuah karunia, anugerah sekaligus amanah dari-Nya yang harus dijaga dengan baik. Beberapa orang perlu berdo’a dan berikhtiar secara khusus untuk mendapatkan keturunan. Kini, bagi si aki, kelanjutan keturunan sudah pada generasi ke-3. Seorang cucu telah hadir dan insyaa Allah bersiap meneruskan klan Ki Udi. Seorang aki, karena kelahiran cucu adalah bagian dari tanda kebesaran atau ayat-ayat-Nya.

وَمِنْ ءَايَـٰتِهِۦٓ أَنْ خَلَقَكُم مِّن تُرَابٍۢ ثُمَّ إِذَآ أَنتُم بَشَرٌۭ تَنتَشِرُونَ

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak. (QS 30:20)

Kebesaran Ilahi ini, senilai dengan kebesaran-Nya dalam menyajikan hukum-hukum-Nya serta dinyatakan dalam kitab-Nya, seperti: Terapungnya kapal di laut dengan adanya angin (QS 30: 46; 42:32), penciptaan langit dan bumi termasuk pemeliharaan kepada bintang melata juga kekuasaan dalam pengaturannya(QS 42: 29; 30: 25), pemeliharaan bumi dengan menyuburkannya melalui hujan (QS 41:39), kejadian siang dan malam karena keberadaan matahari dan bulan (QS 30: 23; 41:37),  fenomena kilat, (lagi-lagi) hujan, dan hidup serta mati (QS 30: 24), rasa cinta dan kasih sayang terhadap lawan jenis (QS 30: 21).  

Mengimani tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah bagian dari prinsip tauhid. Mempelajari, merenungi, memikirkan ayat-ayat-Nya sehingga menjadi tuntunan dan hikmah dalam menjalani kehidupan adalah kebijakan dari seorang mu’min. Mensyukuri-nya adalah keharusan bagi orang-orang yang telah mendapatkan hikmah dari ayat-ayat-Nya.

Mendapati cucu di usia yang belum genap lima dekade, adalah anugerah-Nya. Alhamdulillah, dengan kesehatan dari-Nya berkesempatan mengantar pemeriksaan kehamilan, ikut menunggu kelahiran cucu dan mengulang treatment kepada seorang bayi layaknya ayah kepada anak-anaknya dahulu. Syukran wal hamdulillah.

Berkaca dari karuhun, nenek moyang si akuh sendiri, pertemuan yang sering terjadi adalah di 3 generasi. Si akuh sendiri tidak pernah melihat sosok kakey buyut (uyut, orang tua dari kakek dan nenek), pun demikian dengan kebanyakan manusia kiwari, mayoritas bisa bertemu dengan dua generasi di atas dan di bawah kita. Alhamdulillah, dua generasi ke atas sudah pernah bertemu itu pun hanya dari bapak, dari Ibu sama sekali tidak pernah bertemu. Syukran wal hamdulillah, kini berkesempatan untuk bertemu dan menimang generasi kedua ke bawah, cucu pertama.

Selanjutnya adalah mengenai peluang sinergis antara hubungan yang terjalin antara kakek dan cucu. Konon, kasih sayang seorang kakek akan terasa lebih besar dibandingkan kepada anaknya. Hal ini bisa dijelaskan dengan alasan kekhususan di atas. Cucu adalah karunia lain dari-Nya yang patut disyukuri setelah mendapatkan anak. Bagi kakek juga nenek yang secara usia terus bertambah, sudah sepantasnya juga bertambah sisi kedewasaan yang dicerminkan semakin lemah lembut dalam memberikan perhatian. Maka darii itu dapat difahami kalau rasa kasih sayang kepada cucu dari kekek-nenknya sangatlah besar. Si kakek dan nenek, di usia ingin menunjukkan kasih sayangnya berikut perhatiannya kepada sang cucu dan hal ini ditunjang semakin bertambah usia kakek dan nenek biasanya semakin berkurang aktivitas khususnya yang terkait dengan pekerjaan. Hal inilah yang menambahkan alasan mengapa seorang kakek/nenek dapat menjadi lebih dekat dengan cucu mereka.

Bagi seorang cucu, keberadaan kakek dan nenek adalah melengkapi kasih sayang dari orang tuanya. Di kemudia hari, keberadaan sosok kakek dan nenek bisa menjadi tempat tersendiri bagi seorang cucu dalam mencurahkan isi hatinya yang bisa jadi tidak terfasiltasi oleh kedua orang tuanya. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa seorang anak yang dekat dengan kakek-neneknya dengan segala curahan kasih-sayang mereka cenderung terhindar dari depresi ketika sang cucu bertumbuh dewasa. Mereka, antara kakek/nenek dan cucunya bisa menjadi teman yang saling menggembirakan.

Inilah sinergitas  positif hubungan antara cucu dengan kakek dan neneknya.

Cucu pertama yang diberi nama oleh orang tuanya Arzanka Alif Ahmad ini lahir sehari sebelum ulang tahun kelahiranku, tentunya menjadi kado terindah di ulang tahunku sekaligus menggenapkan nikmat-Nya.

Nama Arzanka, konon cerita ibunya adalah bermakna pemimpin yang berguna, Alif sendiri adalah abjad pertama dalam hurup hijaiyah yang menandakan sebagai anak pertama, sementara Ahmad, merujuk kepada Nabiyullah Muhammad, sosok orang terpuji. Arzanka lahir dengan bintang yang sama dengan si akuh, Leo, yang juga sering ditamsilkan sosok dengan jiwa kepemimpinan. Dalam sebuah nama, sebagaimana dipercaya banyak orang, terselip do’a dan harapan dari si pemberi nama, orang tua. Mengonfirmasi harapan orang tua, maka tulisan kegembiraan ini ditutup dengan do’a Nabiyullah Ibrahim akan keturunannya:

“Ya Allah semoga Arzanka, cucu pertamaku, kelak menjadi anak shalih yang senantiasa memelihara shalat sebagai simbol ketundukan kepada aturan-Mu dan berjiwa pemimpin yang berguna dan terpuji serta menjadi teladan bagi manusia di sekitarnya. Aamiin yaa Rabbal ‘alamiin.”

Popular posts from this blog

Risalah Kebohongan: BAB II — KECELAKAAN BESAR BAGI PARA PEMBOHONG

Attitude, Aptitude dan Altitude

Al Fatihah dan AlFath: Membuka Kemenangan