Bahaya Mengikuti "Leluhur"?

Source: Google
Oleh: Setiadi Ihsan

"Saya tidak bisa memilih dari mana saya akan lahir dan di mana saya akan tinggal setelah dilahirkan. Kewarganegaraan saya warisan, nama saya warisan, dan agama saya juga warisan."


Masih ingatkan, status FB anak SMU, Afi Nihaya yang membuat dirinya menjadi terkenal? dan viral di Medsos.

Nah, tulisan ini sedikitnya terkait dengan tulisan Neng Afi tersebut. Saya sendiri mengangguk, dengan pernyataan Neng Afi tersebut. Satu hal, saya Muslim ya karena orang tua saya Muslim. Untungnya, saya tidak menyesali "warisan" di atas. Setelah saya mencoba juga mendalami kenapa saya harus menjadi muslim. 

Pertanyaan saya muncul, karena satu kesadaran bahwa tidak semua penganut ajaran Islam. Untuk itu saya mempertanyakan. Dan pertanyaan saya tentunya harus mendapat jawaban yang make sense, dapat diterima akal saya dengan risiko kalau tidak cukup adanya alasana yang tepat, ya saya harus menarik diri dari ajaran tersebut.
Bagi sebagai orang, permasalahan ini bukan hal penting. Cukuplah apa yang datang dari orang tua, itulah yang saya yakini sekarang. Dan gayung bersambut, ketika saya dulu mempertanyakan ini, Qur'an yang saya "percayai" dulu sebagai Kitab Allah yang Allah nyatakan sendiri sebagai petunjuk bagi manusia sudah memberikan jawabannya.

Satu ayat dalam Surat Al-baqarah, misalnya dapat mewakili sebagian orang yang ga pernah mempertanyakan keyakiannya:

[2:170] Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah (AlQuran)," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?"

Atau dalam Surat Al-maidah berikut ini:
[5:104] Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk ?

Selanjutnya saya juga menemukan ayat semisal di Surat Al_'Araf:
[7:28] Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: "Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya." Katakanlah: "Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji." Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?

Jelas, dalam ayat di atas ketika hujjah mengikuti taradisi nenek-moyang adalah sebuah perbuatan dosa, mereka malah berbalik seolah dengan mengikuti tradisi itu justru mereka sedang melaksakan perintah Allah, Allah tegaskan bahwa Allah tidak pernah mendukung,menganjurkan bahkan menyuruh kepada perbuatan dosa.

Bahkan Allah menyuruh Rasul-Mya, untuk mengingatkan bahayanya mengikuti tradisi, nenek moyang ajaran yang ga berdasar.
[10:78] Mereka berkata: "Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari apa yang kami dapati nenek moyang kami mengerjakannya, dan supaya kamu berdua mempunyai kekuasaan di muka bumi? kami tidak akan mempercayai kamu berdua."

Dan di surat Al-'Araf:
[7:70] Mereka berkata: "Apakah kamu datang kepada kami, agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami? maka datangkanlah azab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar."

Keras nya hati manusia, bahkan berani menantang diturunkannya azab, hanya untuk membela keyakinan yang diwariskan leluhur daripada harus mengabdi kepada Allah saja. Dan Allah menjawabnya:
[7:71] Ia berkata: "Sungguh sudah pasti kamu akan ditimpa azab dan kemarahan dari Tuhanmu". Apakah kamu sekalian hendak berbantah dengan aku tentang nama-nama (berhala) yang kamu beserta nenek moyangmu menamakannya, padahal Allah sekali-kali tidak menurunkan hujjah untuk itu? Maka tunggulah (azab itu), sesungguhnya aku juga termasuk orang yamg menunggu bersama kamu".

Allah sedari awal telah mengingatkan perjanjian yang telah dilakukan oleh manusia, agar kelak tak ada lagi hujjah menyalahkan para pendahulu mereka. Surat Al-Araf ayat 172-173 menjelaskan hal ini:
7:172] Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengata-kan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
[7:173] atau agar kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?"

Allah menegaskan tidakmengajarkan apa yang mereka sembah selain-Nya, tetapi justru Allah menyuruh hanya menghadap kepada agama yang lurus, hanya menyembah Allah.
[12:40] Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah.
Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."

Berubah dari sebuah tradisi, ajaran nenek moyang atau apapun kebiasaaan yang sudah dilakukan sejak lama untuk mengikuti apa yang telah diturunkan Allah, bukanlah hal mudah. Allah mengirimkan utusanNya untuk menyeru ke jalan Allah, namun mereka menentangnya, walaupun itu adalah bisikan syaithan baik dari golongan Jin atau manusia.
[31:21] Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang diturunkan Allah". Mereka menjawab: "(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)?
atau pada kenyataanya mereka, nenekmoyang atau tradisi mereka adalah sebuah kesesatan.

[37:69] Karena sesungguhnya mereka mendapati bapak-bapak mereka dalam Keadaaan sesat.
[37:70] Lalu mereka sangat tergesa-gesa mengikuti jejak orang-orang tua mereka itu.
[37:71] Dan sesungguhnya telah sesat sebelum mereka (Quraisy) sebagian besar dari orang-orang yang dahulu,

[37:168] "Kalau sekiranya di saksi kami ada sebuah kitab dari (kitab-kitab yang diturunkan) kepada orang-orang dahulu,
[37:169] benar-benar kami akan jadi hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa)".

Karena itulah, Allah dalam Al-Qur'an menjelaskan bahwa Allah akan menutup hati mereka dan sumbatan di telinga mereka, agar mereka tidak dapat memahaminya, termasuk mereka akan berpaling ke belakang, karena perasaan benci, ketika disebut Allah saja dalam Al-Qur'an.
[17:46] dan Kami adakan tutupan di atas hati mereka dan sumbatan di telinga mereka, agar mereka tidak dapat memahaminya. Dan apabila kamu menyebut Tuhanmu saja dalam Al Qur'an, niscaya mereka berpaling ke belakang karena bencinya.

Ada 2 versi dalam menerjemahkan:"... Wa idza dzakarta rabbaka fil qur'aani wahdah" . Ada yang menerjemahkan seperti terjemahan DEPAG, wahdah disandarkan kepada Tuhan dan ada juga versi lain kepada Al-Qur'an,Al-Quran saja... yang manapun versi-nya kenyataan yang dijelaskan oleh Allah bahwa ada sejumlah manusia yang Allah jadikan sulit pemahaman terhadap ayat-ayat Allah dan pada ujungnya akan berpaling dari Qur'an.

Dalam ajaran Islam, dasar ketundukan bukanlah bersumber dari keyakinan nenek moyang, orang tua, tradisi, atau para ulama dan sejenisnya. Sebagai agama Tauhid, Allah saja yang harus menjadi sumber kebenaran.
[9:31] Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.

Dan yang paling penting juga dalam Islam, tak ada tempat untuk "ngekor". Untuk itu banyak ayat Qur'an yang membahas mengenai peran akal termasuk peringatan dan teguran serta sindiran Allah bagi mereka yang tidak menggunakan akalnya. Bahkan, sebaliknya Allah memberikan kedudukan yang tinggi bagi mereka yang memahami, berilmu dan menggunakan akalnya.

Insyaa Allah, di bagian ini saya akan hadir lagi...

Mukadimah
  • Tak ada istilah warisan dalam berkeyakinan.
  • Keyakinan tidak akan menjadi satu hal yang mesti dipertahnakan, diperjuangkan dan ditularkan jika masih dihinggapi keyakinan (yang diperoleh dari) warisan. 
  • Keyakinan warisan akan hilang dengan sendirinya.


Garut, 22 Juli 2017

Popular posts from this blog

Risalah Kebohongan: BAB II — KECELAKAAN BESAR BAGI PARA PEMBOHONG

Attitude, Aptitude dan Altitude

Al Fatihah dan AlFath: Membuka Kemenangan