Anak Muda Diimbau Jangan Tiru Sarah & Rahma Azhari

"The Truth is in the opposite" Itu yang disampaikan Bang Zaim Saidi, intelectual muda yang giat mengusung isu sistem perekonomian islam melalui kampanye transaksi dinar. Walaupun konteks frase di atas merujuk kepada bahwa apa yang datang/keluar dari Barat, para kaum Kapitalis (dlm arti peyoratif), pada kenyataannya adalah berlawanan/bersebrangan dengan apa yang diserukan atau diomongkan. Misal, masih kata Bang Zaim, mereka ngomong demokrasi dan HAM namun pada praktekna adalah pemberangusan pendapat dan pemaksaaan kehendak tanpa mengindahkan nilai-niali HAM itu sendiri.

Nah, dalam kontek judul "note" ini justru menular ke negeri ini. Sebelum masuk ke catatan mengenai Mba Sarah dan Mba Rahma (sorry, sama sekali bukan sepupu saya), idiom "The Truth is in opposite" justru sebelumnya digunakan oleh PAMARENTAH (tukang merintah) bukan Governance (pengayom, pelayan dan pengelola) sejak ORBA sampai sekarang. Kalau pemerintah bilang Kondisi ekonomi makro stabil, maka kita harus hati2, bahwa sesngguhnya kondisi ekonomi makro kita lagi terpuruk. Demikian juga kalau pemerintah berjanji bahwa harga bahan pokok tidak akan mengalami kenaikan harga, kita kudu siap2 cari uang tambahan wat nutup kenaikan harga. Dan seterusnya.

Seperti anak kecil usia 5-7 tahun yang minta pengakuan, berbohong baginya adalah acting dan karakter lain adalah menjalankan apa yg dilarang serta menghindari apa yang menjadi perintah. The truth is in opposite bukanlah tabiat orang barat tetapi juga sudah milik orang Timur (tentunya tidak termasuk saya, ha..ha..). Ketika heboh Video Pioner dalam pertunjukkan syahwat, saya menyebutnya Film ITENAS, mbak keranjingan model rambu Demi Moore, semua berlomba merekam dan mempublikasikan hasil goayangannya melalui internet.

Nah, adanya himbauan dari sejumlah LSM kepada anak muda supaya jangan berbugil ria seperti Mba Sarah dan Mba Rahma Azhari, saya khawatir bukan disikapi sebagai larangan namun justru jadi intruksi kreatif...
"Saya ingin menyampaikan kepada muda mudi untuk jangan berbugil-bugil di depan kamera atau merekam adegan seksual," jelas Inke Maris, Sekjen Aliansi Selamatkan Indonesia (ASA). Duch, Mba Inke ini telat juga. Di dunia Maya, muda-mudi kita sudah banyak yg melewati fose2 Mba Sarah dan Mba Rahma. Ada kemungkinan Mba Sarah dan Mba Rahma adalah korban internet, artinya korban dari salah pempelajaran "artis2 muda-mudi" di dunia maya. Ach kau...!

Januari 2009 (menunggu hujan reda)

Popular posts from this blog

Risalah Kebohongan: BAB II — KECELAKAAN BESAR BAGI PARA PEMBOHONG

Attitude, Aptitude dan Altitude

Al Fatihah dan AlFath: Membuka Kemenangan