Islam Jokowi dan Islam Prabowo?

Tahun 1990 itu, untuk satu aspek, adalah tahun centil bagi si akuh. Tapi, oret-oretan ini tdk akan mengulas aspek kecentilan. Si akuh hanya teringat satu kejadian yang tahun kmaren sempat menjadi satu rujukan "hukum" utk satu issue. Dan issue itu, saya kira masih menyisakan dampak yang kuat.

Masih ingat kasus tabloid monitor, kan?
Gara-gara polling mengenai idola, dan hasilnya menempatkan Nabi Muhammad Saw, diurutan ke-11, berujung kepada vonis 4 tahun bagi Pimred Tabloid kala itu.
Kenapa ummat Islam marah kala itu? bukan karena polling-nya, tapi melihat hasil yg menempatkan N. Muhammad tdk di urutan pertama. Andaikan kala itu, hasilnya N. Muhammad di urutan pertama, apakah tabloid itu akan dilaporkan? dengan pasal penistaan agama?
Bisa jadi Arswendo akan selevel dengan Michael H. Heart yang menempatkan N. Muhammad sebagai Tokoh yg paling berpengaruh di dunia.

Nah...
Apakah dukungan terhadap pasangan capres dalam bentuk pilpres itu adalah sama saja dengan pemilihan idola?
Jawabnya, mudah.
Bukan!

Si Otong bersikeras dengan segala kefanatikannya mendukung pasangan Capres dan cawapres A, tapi saya tahu betul si Otong itu sangat mengidolakan si X ampe apapun yg dilakukan si X sudah menjadi inspirasi dlm hidupnya.

Demikian juga si Empon, berbeda dg si Otong dalam dukungan thd capres dan cawapres, juga memiliki idola yg berbeda, dan dipastikan idola si empon ini bukan salah satu dari pasangan capres atau cawapres yg didukungnya.

Jadi, sementara ini saya sampaikan bahwa idola seseorang tidak ada kaitannya dengan siapa pasangan capres-cawapres yg didukungnya.
Nah, bagi Muslim/Muslimah yang mengidolakan N. Muhammad, bisa jadi punya preferensi berbeda dalam hal dukungan terhadap capres/cawapres.

Kalau idola ditarik kepada pengerucutan agama, bahwa Ummat Islam mengidolakan N. Muhammad (sebagaimana keinginan/idealisasi mayoritas ummat Islam di tahun 1990 spt saya gambarkan di atas), sangat mudah bahwa perbedaan dukungan itu tidak relevan dengan status keagamaan. So, pls pertimbangkan lagi melakukan justifikasi dukungan terhadap capres/cawapres dg dalil-dalil agama.

Kekhawatiran saya cuma satu, terpecahlah agama, misal: ada istilah ulama besar dan ulama tidak berkategori besar, atau bisa jadi ada Islam Jokowi dan Islam Prabowo.

Popular posts from this blog

Risalah Kebohongan: BAB II — KECELAKAAN BESAR BAGI PARA PEMBOHONG

Attitude, Aptitude dan Altitude

Al Fatihah dan AlFath: Membuka Kemenangan