Identitas dan nilai guna Al-Qur’an (5):
Petunjuk, Ketaqwaan dan Jalan yang Lurus
Bacaan, Do’a, yang
senantiasa kita lantunkan dalam sholat bentuk ritual setidaknya 5 kali, 17
rakaat (minimal) sehari. Doa yang dipanjatkan kepadaNya, agar Allah Swt menunjukkan
kita pada Ash-Shiraatal Mustaqiim.
Dalam tulisan sebelumnya kita telah
mendasari bahwa manfaat sebagai petunjuk adalah manakala kita memaksimalkan
petunjuk tadi sesuai dengan manfaatnya. Maka, do’a yang kita lantunkan di atas,
Allah pun telah memberikan jawabannya dalam Al-Qur’an atas do’a kita.
Setelah kita mendengar, melihat dan berfikir, dengan rasa rendah hati dan
membuka diri, maka langkah kita selanjutnya adalah melaksanakannya.
Mari kita simak petunjuk Allah mengenai
jalan yang lurus.
Al-An’am
(6): 151-153
6:151,
Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu
yaitu: (1) janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, (2) berbuat
baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan (3) janganlah kamu membunuh anak-anak
kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada
mereka, dan (4) janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang fawahisya
(mendekatkan pada syirik), baik yang nampak di antaranya maupun yang
tersembunyi, dan (5) janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu
yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).
6:152,
(6) Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih
bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. (7) Dan sempurnakanlah takaran
(measurement) dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada
sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. (8) Dan apabila kamu berkata, maka
hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan (9)
penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu
ingat.
6:153,
dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah SHIRATHAL MUSTAQIM jalanKu yang
lurus, (10) maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang
lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang
demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.
Sembilan Perintah Ilahi di atas Allah
berikan nama SHIRATHAL MUSTAQIM sebagai jalanNya. Dan Allah tegaskan perintah
itu (dapat dibaca sebagai petunjuk, hudan sebagaimana permintaan kita “Ihdina”
yang berasal dari akar kata yang sama “Hudan”) adalah BERLAKU bagi orang yang
bertakwa. Dengan demikian, ada korelasi antara Petunjuk (Al-Qur’an), Ketaqwaan
dan Jalan yang lurus.
Untuk mengingatkan “do’a” yang kita
panjatakan dalam shalat, kita pun memberikan catatan mengenai do’a yang kita
panjatkan bahwa jalan yang lurus itu adalah Jalan Ilahi berupa Jalan
orang-orang yang telah Engkau beri ni'mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka
yang dimurkai/dibenci dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Demikian pula, Allah Swt telah
memeberikan jawabannya.
Perintah-perintah Allah dalam QS 6:
151-153, ditegaskan kembali dalam dalam QS Al-Isra ayat 22-38, dan Allah Swt memberikan
istilah untuk perintah Allah di atas dengan kalimat: ITULAH JALAN YANG DIBENCI
TUHAN.
“Semua itu kejahatannya
amat dibenci di sisi Tuhanmu.” (QS 17:38)
Jakarta, 22/12/2015