Risalah Kebohongan: BAB III — PEMBOHONG ATAS AYAT-AYAT ALLAH

 

بَلٰى قَدْ جَاۤءَتْكَ اٰيٰتِيْ فَكَذَّبْتَ بِهَا وَاسْتَكْبَرْتَ وَكُنْتَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ - ٥٩

Sungguh, sebenarnya keterangan-keterangan-Ku telah datang kepadamu, tetapi kamu mendustakannya, malah kamu menyombongkan diri dan termasuk orang kafir.” (39: 59)

Sebelumnya, dalam Surat Al-Mursalat di atas telah dijelaskan bahwa istilah pendusta atau pembohong ini berhubungan dengan pengingkaran kepada pesan/wahyu ilahi atau ayat-ayat Allah. Banyak pesan ilahi dalam al-Qur’an menceritakan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah. Penelusuran penulis akan frase:   كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَـٰتِنَا (kadzabu biayatina) melalui situs pencarian  setidaknya terdapat 26 hasil.

Salah satunya, saya tampilkan di bawah ini, terjemahan ayat dari QS 7: 146:

Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat (Ku), mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami (كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَـٰتِنَا) dan mereka selalu lalai dari padanya.”

Ayat di atas pun menegaskan ulang kebohongan dengan kekufuran (tidak beriman). Banyak hal yang bisa diambil hikmah dari representasi ayat-ayat yang menjelaskan tentang pembohongan kepada pesan ilahi. Merekalah orang-orang yang sombong meski diingatkan dengan tanda-tanda kekuasaan-Nya (QS 39:59); mereka lebih cenderung kepada kesesatan dibanding kepada mode perilaku al-quran (hidayah), dan mereka pula yang tergolong sebagai orang yang lalai (7:146).

Namun demikian, bagi para pendusta, hati/pertimbangan mereka tidaklah menyepakati dengan apa yang mereka perlihatkan. Hal ini dapat disimak dalam ayat di bawah ini:

“Lalu disampaikannya wahyu kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah diwahyukan Allah. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya.” (QS 53: 10-11)

Justru hanya mengikuti hawa nafsu (hasrat) merekalah yang banyak berperan dalam kaitanya dengan mendustakan ayat- ayat Allah (6:150, 13:37, 28: 50, 38: 26, 54:3), sehingga mereka akhirnya berpaling (QS 6:157, 20:56, 75:32), durhaka (QS 79: 21) dan sombong (QS 7:36, 40; 45:7-8).

Melalui cara penelusuruan yang sama sebagaimana disebutkan di atas, maka kebohongan mereka juga didahului dengan penolakan (kafir). Setidaknya 8 ayat penulis temukan dalam al-Qur’an frase: ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ وَكَذَّبُو (alladziina kafaru wa kadzabu), memahamakan kepada kita bahwa kadzaba (bohong) adalah tindakan lanjutan dari sikap kafir.

Satu ayat kami sampaikan disini terjemahannya sebagai berikut:

Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami (Al Quran) serta (mendustakan) menemui hari akhirat, maka mereka tetap berada di dalam siksaan (neraka). (QS 30:16).

Lagi-lagi dari ayat ini kita mendapatkan paket pesan ilahi mengenai sikap kebohongan mereka atas ayat-ayat Allah dan hari akhir. Demikian juga kata berpaling (afaka) dalam al-Qur’an berkorelasi dengan ayat-ayat Allah, sebagaimana dalam ayat di bawah ini:

اُنْظُرْ كَيْفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ الْاٰيٰتِ ثُمَّ انْظُرْ اَنّٰى يُؤْفَكُوْنَ - ٧٥

“… Perhatikanlah bagaimana Kami menjelaskan ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) kepada mereka (Ahli Kitab), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka dipalingkan (oleh keinginan mereka).” (QS 5:75)

Mendustakan ayat-ayat Allah juga termasuk dalam kebohongan dengan mengada-adakan sesuatu dengan mengatakan sesuatu itu datang dari Allah (2:79).

Ketika “yang benar” (Al-Haq) datang dari Allah (QS 2: 147 dan 3: 60), maka ayat-ayat Allah adalah al-haq itu sendiri dengan sendirinya sikap mendustakan dari mereka adalah mendustakan kebenaran – al-haq (QS 6:5).

Orang yang mendustakan ayat-ayat Allah adalah mereka yang buta hati-nya. Hal ini dapat dipelajari dari ayat di bawah ini:

“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah tuli, bisu dan berada dalam gelap gulita. Barangsiapa dikehendaki Allah (dalam kesesatan), niscaya disesatkan-Nya. Dan barangsiapa dikehendaki Allah (untuk diberi petunjuk), niscaya Dia menjadikannya berada di atas jalan yang lurus.” (QS 6:39) lihat juga ayat 7:64.

 

Sikap dusta terhadap ayat-ayat Allah, selain karena kesombongan, berpaling, kufur, sesat dan buta hati, maka para pendusta ayat-ayat Allah ini juga tergolong kaum yang fasiq.

“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami akan ditimpa azab karena mereka selalu berbuat fasik (berbuat dosa).” (QS 6:49)

Keburukan para pendusta ayat-ayat Allah ini disamakan dengan kaum zhalim bahkan rajanya zhalim:

“Sangat buruk perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami; mereka menzalimi diri sendiri.” (QS 7: 177)

Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan (QS 6: 21)

Dan, akhirnya bukan hanya merugi (10:95), dihancurkan sehancur-hancurnya (25: 36) namun kecelakaan besar bagi mereka, para pendusta, dan pengingkar terhadap ayat-ayat Allah:

·         Celakalah bagi setiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa (45:7)

·         (yaitu) orang yang mendengar ayat-ayat Allah ketika dibacakan kepadanya namun dia tetap menyombongkan diri seakan-akan dia tidak mendengarnya. Maka peringatkanlah dia dengan azab yang pedih. (45:8)

·         Dan apabila dia mengetahui sedikit tentang ayat-ayat Kami, maka (ayat-ayat itu) dijadikan olok-olok. Merekalah yang akan menerima azab yang menghinakan. (45:9)

Ketika ayat-ayat Allah meliputi qauliyah (pesan ilahi yang tertulis-Kitab) dan kauniyah (kebenaran Allah melalui fenomena dan hukum alam), maka demikian halnya para pendusta pun meliputi kedustaan kepada hukum-hukum alam termasuk sejarah dari orang-orang terdahulu.

Al-Qur’an sendiri berisikan ayat-ayat qauliyah juga kauniyah. Atas ketidakabaian kaumnya terhadap al-Qur’an inilah ungkapan Rasulullah Muhammas Saw, kelak di yaumil akhir, yang digambarkan dalam al-Qur’an:

وَقَالَ الرَّسُوْلُ يٰرَبِّ اِنَّ قَوْمِى اتَّخَذُوْا هٰذَا الْقُرْاٰنَ مَهْجُوْرًا - ٣٠

Dan Rasul (Muhammad) berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Qur'an ini diabaikan.” (25:30)

Bersambung ke Bab IV'


Popular posts from this blog

Risalah Kebohongan: BAB II — KECELAKAAN BESAR BAGI PARA PEMBOHONG

Attitude, Aptitude dan Altitude

Al Fatihah dan AlFath: Membuka Kemenangan