SIAP TEMPUR DI DUNIA KERJA

(Tulisan ini merupakan pengantar dalam kompilasi mengenai Panduan Mencari Pekerjaan)

Oleh: Setiadi Ihsan


Bye bye dunia kampus, welcome to the real world.
Waktunya men-switch mental anak kuliahan menjadi pekerja andal. Mari masuki dunia kerja.

(KOMPAS, CyberMedia, 13 Agustus 2007)

Ketika aku pertama menginjakkan kaki di kelas kuliah, sudah marak pertanyaan di antara rekan, ”Mudahkah nanti mendapatkan pekerjaan?”. Walaupun institusi pendidikan perguruan Tinggi yang aku masuki adalah kelas wahid untuk ukuran Indonesia bahkan untuk cakupan Asia, namun lingkungan atau dengan istilah Kiyosaki, ’Ayah Saya yang Miskin’ (Poor Dad), telah membenamkan dogma bahwa kesuksesan ditandai dengan sekolah yang tinggi, di perguruan tinggi terbaik dan mendapatkan pekerjaan di perusahaan terbaik pula, menjadikan otak kami dibawa kepada mimpi ’rendah’ tersebut. Mimpi rendah? Ya, mimpi rendah, setinggi-tingginya karir kita kelak, toch status kita gak beranjak dari penamaan buruh, bekerja untuk orang lain. Paling, ’euphemisme’ yang kita peroleh sebagai top executive yang membedakan dari buruh biasa atau employee. Mimpi yang tinggi, merujuk kepada Kiyosaki adalah mencapai kondisi bebas secara finansial dan bebas dalam hal waktu. Kebebasan finansial dan waktu tidak diperoleh di posisi sebagai buruh, tetapi ketika kita dapat mempekerjakan uang untuk diri kita sendiri.

Namun demikian, untuk posisi yang disebut terakhir, kiyosaki pun tidak menutup kemungkinan awalnya bermula dari status EMPLOYEE alias buruh atau karyawan.

Kembali ke kisah di bangku kuliah, teman saya bahkan ada yang telah pasang strategi kelak akan melayangkan 100 lamaran kerja dengan harapan ada satu lamaran yang akan berhasil menjadikannya karyawan di perusahannya. Kini, teman saya itu sedang menyelesaikan tahap akhir studi Doktoral dan saat ini dia adalah Top Eksekutif di sebuah perusahaan Multi Nasional. Tambahan informasi teman saya itu menyelesaikan studi S2-nya dengan predikat Summa Cum Laude (IP 4.00 ++).

Mengapa kisah teman saya ini saya angkat? Hal yang ingin saya sampaikan adalah bahwa Kekhawatiran, ketakutan dan stress bagi para fresh garduate adalah hal biasa. Semua orang merasakan itu. Satu contoh adalah teman saya tadi. Dari pola pesimistik toch ketika dia lakoni dengan baik, akhirnya bebuah keberhasilan.

Memasuki dunia kerja bagaikan masuk ke dunia baru yang penuh dinamika dan tantangan. Perlu persiapan diri yang baik dan bekal yang cukup agar tidak gagap. Bekal apa saja yang mesti dikuasai sebelum terjun ke dunia yang sesungguhnya?

Berikut ini saya kutipkan tips persipan untuk memasuki duni kerja yang saya kutip dari Kompas Cyber Media.

Mental Bekerja

Permasalahan yang muncul di dunia kerja sangat berbeda dengan ketika masih kuliah. Dulu, Anda mungkin banyak dihadapkan pada soal hubungan pertemanan, proses belajar mengajar, dan sebagainya. Persoalan di dunia kerja lebih luas dan kompleks lagi. Ketika kuliah, kalau gagal mengerjakan suatu tugas, risiko paling pahit adalah tidak lulus mata kuliah tersebut. Tapi di dunia profesional, kegagalan tugas bisa berdampak kerugian materi sangat besar. Bahkan bisa berakibat kehilangan pekerjaan.

Selain itu Anda juga mesti menghadapi beban pekerjaan yang sangat banyak dan deadline-deadline yang (sepertinya) tidak masuk akal. Bukannya mau menakut-nakuti, tapi situasi itulah yang akan Anda hadapi. Bagi mental yang tidak kuat, apalagi terbiasa dengan kehidupan santai masa kuliah, akan sangat mudah mengalami apa yang dinamakan de-motivated, kecenderungan menghindar ketika masalah terjadi.

Pribadi Matang

Seorang yang matang bisa memahami kelebihan serta kekurangan yang dimiliki. Selain itu, ia mampu mengendalikan dirinya dengan baik, tidak emosional dan mampu melihat suatu permasalahan secara jernih. Jika merasa sudah dewasa dan matang, sebaiknya tinggalkan sikap kekanak-kanakan dan emosional Anda.

Sehebat apapun atau seberapa banyak pun gelar yang Anda sandang, jika ingin bisa diterima di dunia nyata, aturan atau norma-norma yang berlaku di dunia tersebut tidak boleh Anda baikan. Di antaranya, tahu kapan bicara resmi, kapan pakai bahasa gaul. Gaya berpakaian juga tidak bisa suka-suka.

Percaya Diri

Meski minim pengalaman kerja, namun jangan tunjukkan ke-tidak-pede-an Anda di depan orang lain. Jadilah pribadi yang punya keyakinan diri akan kemampuan yang dimiliki. Punya kemampuan tapi enggak pede menampilkan pada orang lain, ya percuma juga.

Kalau Anda merasa kurang pede karena Anda merasa sebagai orang baru di kantor, perbanyaklah pergaulan dengan orang-orang yang punya pede selangit. Belajarlah dari mereka bagaimana menampilkan diri yang oke. Tingkatkan juga potensi dengan mengasah kemampuan teknik sebelum terjun ke dunia kerja.

Cerdas Sosial

Pribadi-pribadi yang bakal ditemui di dunia kerja sebenarnya hampir mirip dengan dunia kampus, ada yang suka sirik, jutek, baik hati, dan sebagainya. Namun, pertemanan yang terjalin di tempat kerja jelas berbeda dengan kampus. Di sana ada unsur kepentingan, persaingan, dan sebagainya.

Nah, di sinilah pentingnya memiliki kecerdasan sosial, yaitu kemampuan membaca dan mengenali emosi orang lain. Artinya, Anda mengetahui bagaimana mesti bersikap atau berperilaku menghadapi karakter yang berbeda-beda itu. Bisa menyesuaikan diri, serta mudah bergaul dan fleksibel adalah kuncinya.

Jika bekal ini Anda kuasai, kesulitan-kesulitan di dunia kerja tak bakal menjadi kendala. Dan masa jetlag akibat transisi dari dunia kampus ke dunia kerja, tidak akan berlangsung lama.

Selamat Berjuang!

Popular posts from this blog

Attitude, Aptitude dan Altitude

Risalah Kebohongan: BAB II — KECELAKAAN BESAR BAGI PARA PEMBOHONG

Al Fatihah dan AlFath: Membuka Kemenangan