siklus

Meneruskan tulisan mengenai 'rehat', stop and try to stop thinking too. Pas banget setelah sebulan berpuasa. Layaknya metamorfosis yang dilakukan serangga, layaknya pergantian kulit dari hewan melata. Puasa dari makan minum, juga anjuran untuk puasa dari kebathilan dan lagho (kesia-sian). Nuansa 'berisi' yg dimunculkan. Berisi kegiatan penuh manfaat seperti harapan hadirnya umat Muhammada saww, jadi rahmat bagi lingkungan sekitarnya.

Mengambil sunatullo dari pergantian siang dan malam akibat revolusi, pergantian tahun akibat rotasi dan semua yang berjalan dalam suatu siklik sistematis. Dari puasa sebelumnya, ke puasa sekarang menuju puasa yg akan datang. Semoga Alloh masih memberikan kesempatan.

11 bulan tanpa pantangan dalam tiga material utama: makan, minum dan sex. Kemudian masuk ke dalam pengendalian selama 1 bulan. Katakanla, untuk ketiga pantangan di atas kita dapat melewatinya. Alhamdulillah 'tamat' kata anank-anak kita. Tamat, ya tamat dalam menjalankan (ibadah) puasa, puasa dari ketiga pantangan tadi. Pertanyaannya adalah mengenai siklus itu sendiri. Apakaha dalam 11 bulan berikutnya kita masuk lagi dalam berjibaku dengan 'kehalalan' for everything. Tak ada lagi pengendalian, tak ada lagi amal utama, tak ada lagi rasa waro' dan bertepo seliro. Tak ada lagi rasa tajam akan kelaparan, penderitaan dan kecenderungan akan kedamaian dan persahabatan. Layaknya revolusi dan rotasi yang dilakukan bumi ini. Teguh dengan kepastian. Dalam keterangan lain, gunungpun bersujud...

Puasa tela kelar, metamorfosis membuahkan maujud baru berupa kefitrian, kesucian bak bayi lahir tanpa coretan (kelam). Tinggal kita melakukan refill dengan pena, pena yg warnanya disesuaikan dengan apa yg menjadi tujuan akan lembaran itu. Buku gambar tentunya memunculkan peluang warna-warni. Suart cinta, biasanya dipenuhi dengan keindahan akan kata dan format tulisan. Buku puisi, akan nampak irama dan keajegan makna. Semua berujung pada tujuan untuk apa?

Puasa? dikatakan goal-nya adalah ketaqwaan yang bermakna rasa takut akan Tuhan, takut dari siksanya dan takut akan kelancangan sebnagai hamba kepada Tuhan-nya. Rasa takut yang berbuah pengabdian, pengabdian hakiki, tidak mendua. La ilaha illalloh. Rasa takut berbuah ketataan akan segala titahNya dan ketundukan akan segala larangan-Nya. Takwa, yang jelas singkat kata, sukar dalam amal.

Untukku, kalau umur kelas lima SD, mulai tamat puasa, hitungan sudah masuk ke angka 24 kali tammat puasa. Untuk satui siklus, it's OK... Namun dalam pemaknaan siklus harus aku akui, nol besar. Puasa satu ke berikutnya, puasa ini dari sebelumnya, perasaan sama, saja... Ugh..! Ampun-Mu, ya Alloh yang kurindu, Maaf-Mu ya Alloh, yang ku harap... Semoga aku termasuk orang yang berfikir dan belajar dari apa yang tela aku alami...

Taqobalallohu minna, ya Kariim....

Popular posts from this blog

Attitude, Aptitude dan Altitude

Risalah Kebohongan: BAB II — KECELAKAAN BESAR BAGI PARA PEMBOHONG

Al Fatihah dan AlFath: Membuka Kemenangan